Oleh: Moh. Faiq*)
KH. Ach. Muzakki Zain merupakan sosok kiai yang disegani oleh semua kalangan, baik priyayi, petani, blatir dan tentu dihormati para santri. Semasa hidupnya, beliau menerapkan pola hidup yang sederhana, tidak berlebih-lebihan dalam menggunakan harta dan mampu menempatkan diri sepantasnya.
“Beliau adalah sosok yang sederhana, karena kesederhaan itulah dapat disegani oleh semua kalangan,” dawuh Kiai Nurul Yaqin, salah satu putranya.
Sebagai putra dari KH. Zain dan Nyai Hj. Nashihah kehidupan Kiai Muzakki, begitu ia familiar, sangat berkecukupan. Namun, dirinya tidak ingin menjadikan harta dari kedua orang tuanya sebagai jalan menuju kehidupan yang bermewah-mewahan ataupun berlebihan. Hal ini sesuai dengan hadits yang berbunyi, “Salah satu tanda kesempunaan islamnya seseorang adalah meninggalkan segala yang dinilai tidak perlu.”
“Sebagai keturunan orang yang berada, beliau masih tetap hidup sederhana. Baju sehari-hari jarang membeli, kecuali dapat dari orang yang memberi. Tidak pernah meminta, memang orang-orang memberi dengan sendirinya,” imbuh Kiai Nurul, sapaannya, mengingat kehidupan Kiai Muzakki, ayahnya.
Merasa prihatin ketika nilai luhur bangsa yang ditelah dicontohkan oleh beliau yakni kesederhanaan terkubur dan tertimbun dibawah kehidupan yang mewah. Tergusur dengan beragam kehidupan perkotaan megah, ditopang sifat konsumerisme dan segudang aktifitas ekonomi lainnya.
Mengajar ke Annuqayah dengan Berjalan Kaki
Semasa hidupnya, Kiai Muzakki tidak pernah merasa kekurangan, yang tampak justru sifatnya yang tidak ingin berlebih-lebihan. Bahkan sekalipun mengajar ke Pondok Pesantren Annuqayah, Kiai Muzakki memilih dengan berjalan kaki.
“Padahal di rumah ada mobil pribadi beliau. Mobil pribadi tersebut jarang sekali dipakai, kecuali untuk kepentingan khalayak ramai,” ungkap Kiai Nurul.
Diceritakan bahwa, pada tahun 1995 beliau membeli mobil, yang sebelumnya merupakan milik gurunya, Kiai Amir Ilyas Syarqawi. Hal itu dilakukan karena perintah langsung dari sang guru untuk menggantikan mobil miliknya. Sekalipun Kiai Muzakki tidak membutuhkan, akan tetapi karena sudah perintah langsung dari gurunya, maka bagi beliau wajib mematuhi dan membelinya.
Kiai Nurul menyebutkan bahwa inilah salah satu keistimewaan dari sosok Kiai Muzakki. Selain hidup sederhana, sikap patuh terhadap guru menjadi kewajibannya. Oleh karena itu, kesederhanaan mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan hati, nafsu, sosial, dan juga tawakkal.
Kiai Muzakki lahir pada tahun 1936 M. dan wafat di tahun 2017 M. lalu. Banyak orang merasa kehilangan atas yang dilakukan semasa hidupnya. Hidup sederhana, wafat dalam keadaan mulia.
*) Moh. Faiq, Ketua Umum Serikat Pemuda Guluk-Guluk.