Batuan, NU Online Sumenep
Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH Aminuddin Djazuli mengatakan, dakwah NU harus bisa masuk ke semua lini dan diterima oleh semua orang atau pun kelompok, termasuk partai politik.
Penegasan ini disampaikan oleh KH Aminuddin Djazuli saat Halal Bihalal PCNU Sumenep yang dipusatkan di Pondok Pesantren Darul Istiqamah, Batuan Sumenep beberapa waktu lalu.
Hal tersebut menurutnya, karena yang diperjuangkan oleh NU adalah ajaran Islam yang disampaikan oleh utusan Sayyidina Utsman bin Affan. Kemudian dilanjutkan oleh para wali hingga diteruskan oleh Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari.
“Yang terpenting adalah dakwah NU bisa diterima oleh seluruh organisasi, sebagaimana diakuinya paham Aswaja oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadits,” dawuhnya.
Menurutnya, lembaga pendidikan yang asli dari rahim NU adalah pesantren. Secara historis Indonesia memiliki ribuan pesantren dan madrasah yang bertebaran di seluruh daerah. Amaliyah yang diajarkan pada santri adalah paham Islam Aswaja.
“Karena itu, didirikanlah jam’iyah sebagai wadah pergerakan dan pengembangan,” imbuh Pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan, Jaddung Pragaan ini.
Pesantren merupakan model pendidikan tertua yang tangguh memelihara dan mempertahankan keluhuran nilai-nilai tradisi. Oleh karenanya, para pengasuh pesantren hendaknya tahu sejarah gerakan sosial NU yang berkomitmen pada pendidikan keumatan dan kebangsaan.
“Pengasuh pesantren harus tahu gerakan yang dibangun oleh jam’iyah Nahdlatul Ulama ini,” tegasnya.
Menanggapi soal khittah NU yang ditanyakan audien, pihaknya menjawab berdasarkan pengalamannya. Pertama menyatakan bahwa NU boleh berpegang pada khittah tetapi tidak antipati pada dinamika politik keumatan. Kelompok lainnya menyatakan NU harus mengembangkan politiknya dalam seluruh ruang yang ada, baik di lingkaran eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
“Dulu saat kami jadi peserta di komisi 3, saya tidak setuju NU secara total tidak lagi terlibat dalan urusan politik, padahal dakwah NU harus masuk ke semua instansi. Entah yang ada di pemerintah, lembaga, koperasi, dan lainnya. Artinya dakwah NU harus diteruskan, jangan sampai kalah dengan orang lain. Karena langkah ini bisa melebarkan dakwah, bukan menyempitkannya,” jelasnya.
Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan itu menambahkan, ketika ada perampingan parpol, maka saat itulah kami menyadari bahwa gerakan kader harus terus menerus dilanjutkan ke berbagai sudut ruang.
“Bayangkan, jika NU tidak ada di lingkungan pemerintahan dan ranting, maka organisasi di luar NU akan hidup. Ingat jangan menyalahkan yang hidup, karena mati sendiri,” pungkasnya.
Acara nyo’on pamangghi atau memohon pemikiran untuk memperkuat khidmat NU menjelang An-Nahdlah Ats-Tsaniyah, dipandu oleh Kiai Zainul Hasan. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh pengasuh pondok pesantren, pengurus PCNU, 18 pengurus lembaga, 11 Ketua Pimpinan Cabang (PC) Badan Otonom (Banom) NU, Rais dan Ketua MWCNU se-Kabupaten Sumenep.
Editor: Ibnu Abbas