Mewaktu
Aku ada di atas
Dekat dengan langit
Tengadah menjerit
Wajahku mematung pias
Angin menampar
Sengit hati terdampar
Mataku kaku ditatap
Memerah dada terhempas
Ceracau batin lekas
Engkau yang jauh mendekat
Aku peluh luruh tak tetap
Wajah takdir sedang bersitatap
Pojok ruang, Juni 2021
Merdeka
Katamu merdeka itu
Mengerikan dan hilangkan daya
Pijar lembut
Tiada dengan sendirinya
Katamu merdeka itu
Berkacak pinggang
Membungkam opini orang
Tengkurap mengubur kedunguan
Katamu merdeka itu
Berkelindan
Di wajah perempuan-perempuan
Wanita tak kebagian
Aku perempuan
Lantas bagaimana?
Menolak lupa
Atau biarkan jadi kelebat saja
Tak jadi soal
Merdeka atau pun tidak
Rasa tetap rasa
Tak suka tetap berakhir luka
Pojok ruang, Juni 2021
Kaku Kaki Kita
Alihkan mata
Jangan membaca
Judul kita
Resapi ampas
Buang suara
Nikmati aroma
Kaki kita kaku
Beradu hentakan sepatu
Bumi membisu
Rupanya Tuhan mengintip
Pantulannya bercerita
Jadi riak di kaki sungai
Entah apa yang menawan
Sebatas kaki kaku
Mungkin karena milik kita
Pojok ruang, Juni 2021
Maniak
Arahmu yang ingin
Menyerupai arah angin
Serdadu kau lipat
Ingin melihatnya dekat
Jarakmu sejauh senja dan fajar
Serumit cerita Layla-Qois
Majnun berputar-putar
Sukar menangkap titik terang
Padahal Tuhan dekat
Egomu menahan untuk terpikat
Berkata sudah memang tak mudah
Seolah sulur memintal kaki-kaki nakal
Segeralah mandi ke hulu
Mintakan kesegaran
Jadikan tunduk rasa dan akal
Maka rengkuh jadi kepastian
Pojok ruang, Juni 2021
Cerita untuk Ayah
Sebelum pergi
Anakmu menyimpan cerita
Tentang sosok yang datang
Lalu pergi kemudian
Ayah jauh
Ada banyak peluh terjatuh
Asinnya aku jilati
Rasanya persis seperti air mata
Orang itu tidak ayah kenal
Adanya timbul tenggelam
Kadang membahagiakan
Tak jarang pula menghujam
Sebelum nyawa meregang
Anakmu mengikat janji
Entah picik atau suci
Rasa ini menunggal
Menyertai jejak kepergian
Karena anakmu ingin tenang
Dengarkan sayup-sayup
Bait doa yang basah kuyup
Yah, rasa menelantarkan anakmu ke rimba
Merambat mengakar ke ulu hati
Dan harusnya cerita ini
Didengar sebelum kematian ayah menghampiri
Pojok ruang, Juni 2021
Seloroh
Tahi lalat dekat mata
Gurat alis saat tertawa
Persis terlukis rupa kita
Merah padam ketus ucapan
Pantang mundur jatuhkan lawan
Tercetak watak wajah serupa
Seolah tidak senyatanya iya
Menahan gelak agar tak kalah telak
Membuncah lelocon setelah turun cerita
Dasar kita!
Kata mereka
Pojok ruang, Juni 2021
Di Matamu
Aku bersisian dengan masa lalu
Meringkuk tak pasti
Serupa katak bertapa
Di ambang harapan bersayap
Atau sebaliknya
Aku diguncang banyak organ
Seolah memaksa keluar perlahan
Bersama kotoran-kotoran
Yang kental
Sering kali aku kedinginan
Malam hari masa lalumu mencengkram
Juga saat kerontang
Teriknya bayangan itu membakar
Aku bersumpah atas nama cinta
Kasat tapi nyata adanya
Berikrar tak memilki pun tak apa
Tumbuh-tumbang bukan perkara
*Nyantri di Annuqayah Latee 1. Mahasiswi INSTIKA. Anggota Cafe Latte 52. Penikmat kajian pinggiran.