spot_img

Kisah Sesepuh Banser Sumenep: Ikut Diklatsar era 90-an Menjadi Tentara NU

- Advertisement -

Pragaan, NU Online Sumenep
Kiai M Kurdi Mu’arif atau yang akrab disapa Kiai Kurdi adalah sosok kader Barisan Ansor Serbaguna (Banser) militan di Kabupaten Sumenep. Usia yang sepuh tak menghalanginya untuk tetap aktif menjalankan tugas-tugas kebanseran. Ia selalu hadir di setiap acara ke-NU-an guna memastikan kelancaran dari acara yang sedang berlangsung.

Jumat (16/7/2021) kemarin, pria yang menjabat sebagai Kepala Satuan Banser Lalu Lintas (Kasat Balantas) di Satuan Koordinasi Rayon Pragaan tersebut berbagi pengalamannya selama aktif di Korp Baret Hitam dalam program Podcast TVNU Sumenep. Kegiatan yang bertempat di Studio 2 tersebut berlangsung selama 39 menit dengan dipandu oleh Mufti Aly sebagai Host.

Di awal perbincangan, Kiai Kurdi bercerita bahwa ia masuk Banser pada April 1997. “Saya ikut pelatihan (Diklatsar, red) di PP. Ummul Qura, Blumbungan Pamekasan. Waktu itu namanya bukan Banser, tapi TNU yaitu Tentara Nahdlatul Ulama. Pada tahun 2000, diganti nama menjadi Banser oleh Satkorwil biar tidak sama dengan TNI,” kisahnya.

“Setelah Diklatsar, tahun 2015 lalu saya mengikuti Kursus Banser Lanjutan (Susbalan) serta Diklat-Diklat lain mulai dari Bagana, Balantas, Baritim, sampai Infokom. Keinginan selanjutnya, saya ingin ikut Suspelat dan Pronas. Saya tidak rela kalau keikutsertaan saya di NU dan Banser tidak tuntas,” lanjut beliau dengan nada penuh semangat.

Wakil Kepala Satuan Balantas Satkorcab Banser Sumenep ini juga bertutur tentang percakapannya dengan sang ibunda. “Ketika Ummi masih ada, beliau pernah bertanya, ‘Nak, kalau kamu ikut Banser, apa itu Banser?’ Saya pun menjawab kalau Banser adalah Tentaranya para ulama yang ada di NU. Sejak saat itulah keluarga saya, baik istri maupun anak tak ada yang mengeluh tentang keaktifan saya di Banser,” tutur pria asal Desa Aeng Panas Pragaan itu.

Tak hanya bercerita tentang kenangan manis, saudara kandung dari KH Ahmad Junaidi Mu’arif, Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan ini juga mengisahkan cerita pilu kehidupannya. “Pada tahun 2005, saya menyatakan diri untuk tidak ikut organisasi manapun termasuk NU. Pada saat itulah Allah menurunkan adzabnya, saya mengalami kebangkrutan selama lima tahun.”

“Barulah pada tahun 2010, Ach. Subairi Karim (Redaktur Ahli NU Online Sumenep, red) mengajak saya ke kantor MWCNU Pragaan. Saya pun dibai’at untuk ikut NU lagi. Sejak saat itu, akhirnya saya bisa keluar dari kebangkrutan dan hutang-hutang saya pun terbayar lunas,” kenang Kyai Kurdi di penghujung podcast.

Editor: Ibnu Abbas

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...