Rubaru, NU Online Sumenep
Gerakan Pemuda (GP) Ansor sejatinya pemilik NU di masa depan. Baik buruknya NU ditentukan oleh kualitas generasi muda NU.
Penegasan ini disampaikan langsung oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH A Pandji Taufiq di acara pelantikan pengurus Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Sumenep, Sabtu (23/10/2021) di Pondok Pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep.
“Kami masih ingat, dulu sahabat Ansor masih jarang menggunakan pakaian kebesarannya. Saat ini, beribu-ribu pengurus sudah berseragam hijau. Bahkan bukan hanya di tingkat PC saja, melainkan sampai ke pelosok pedesaan atau tingkat Ranting,” ujarnya saat mengawali sambutan.
Menurutnya, patut disyukuri bersama, karena pada dasarnya Ansor memiliki tanggung jawab besar di bidang keagamaan, kebangsaan dan kenegaraan.
“Tanggung jawab itu bagi NU menjadi satu kesatuan. Membela negeri ini sama dengan menjalankan amaliyah kita sehari-hari. Misalnya, hadir ke pertemuan NU dan Ansor, sama dengan hadir ke pengajian lain. Sebab niat tersebut adalah niat Izzul Islam wal Muslimin ‘ala Indonesia,” ungkapnya.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Latee Guluk-Guluk itu mengapresiasi acara ini. Sebab ditempatkan di pesantren.
“Sejatinya kekuatan NU ada di pesantren. Jati diri ke-NU-an ada di pesantren. Maka tepat sekali jika pesantren dijadikan tempat pelantikan,” tuturnya mantap.
Dirinya mengimbau agar tidak menjadikan pesantren secara formalistik belaka, tetapi mengambil sari patinya, salah satunya adalah kejujuran. Di mana kejujuran saat ini amat sangat mahal.
“Mari kita upayakan semaksimal mungkin agar kejujuran benar-benar hadir di Sumenep. Termasuk pemerintah yang melayani masyarakat setiap waktu,” ajaknya pada seluruh undangan sambil melontarkan senyuman.
Untuk itu, Kiai Pandji mengajak GP Ansor bergandengan tangan dengan pemerintah guna terciptanya good and clean governance atau gerakan pemerintahan yang bersih dan baik. Bahkan tali pemerintahan betul-betul menjunjung tinggi nilai-nilai pengabdian pada masyarakat. Sebab aparatur negara menurut kacamata NU adalah pelayan umat.
“Jangan hanya dipidatokan, tapi dijadikan nafas dan amaliyah kita sehari-hari, termasuk saat kita berjam’iyah dan berjamaah. Jika kejujuran dikedepankan, insya Allah Sumekar kedepannya dikatakan kabupaten baldatun thayyibatun warabbun ghafur,” doanya.
Di akhir pidatonya, beliau mengajak kepada pengurus NU dan GP Ansor untuk menjadikan pesantren sebagai mercusuar gerakan kemanusiaan, keagamaan dan kebangsaan.
“Di setiap kegiatan, upayakan dekat dengan pesantren agar kita mendapat barakah dari para kiai,” pintanya.