spot_img

Wakil Ketua NU Sumenep Singgung Tiga Himayah

- Advertisement -

Nonggunong, NU Online Sumenep

Dalam pelantikan pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Nonggunong di Pondok Pesantren Zainur Ridha Desa Nonggunong, Kecamatan Nonggunong Pulau Sapudi, Kamis (11/11/2021) malam, Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, Muhammad Halili mengajak pengurus dan warga NU untuk merenungi apa yang dikatakan Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari.

“Siapa yang mengurus NU, akan diakui sebagai santrinya. Siapa yang menjadi santrinya akan didoakan khusnul khatimah dengan keluarganya,” katanya saat menyitir pesan muassis NU.

Menurut pandangannya, bahasa Hadratussyekh ‘mengurus NU’ tak sama dengan menjadi pengurus NU. Yang didoakan adalah mereka yang mengurus NU.

“Mengurus NU tak harus menjadi pengurus. Warga pun kalau membantu perjuangan NU, dia akan diakui santrinya KH M Hasyim Asy’ari. Apalagi yang mengurus adalah pengurus,” ujarnya dalam arahan.

Beliau lanjutkan, jikalau berangkat dari hati yang tulus, menjadi Pengurus NU khawatir harus ikhlas mengabdi. Menjadi pengurus NU sejatinya adalah menjadi penyambung lidah pesan langit agar hablur ke bumi. Semua perbuatan pengurus, disaksikan oleh para muassis.

“Saya merinding saat testimoni di akhir acara Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKP NU) tahun lalu. Ada peserta yang masih keturunan KH R As’ad Syamsul Arifin mengatakan bahwa mbahku hadir di pojok ruangan. Yakin lah pelantikan ini pun disaksikan oleh para muassis,” tuturnya mengungkap testimoni peserta PKP NU.

Mantan Ketua MWCNU Bluto itu mengatakan bahwa fungsi pengurus menjaga tiga himayah. Pertama, himayatu ad-din (menjaga agama). Maksudnya, menjaga NU dari berbagai macam aliran yang tidak berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah. Sebab saat ini banyak sekali serbuan aliran dari luar yang mengaku Aswaja, namun tidak sesuai dengan maksud Aswaja itu sendiri.

“Bentengi generasi muda. Bekali dengan pemahaman yang benar. Dengan begitu, santri keluar dari pendidikan akan menjadi pendekar Aswaja an-Nahdliyah,” ajaknya.

Halili juga mengingatkan agar pengurus dan warga NU waspada. Sumenep ini menjadi sasaran aliran trans nasional. Beliau ungkap fakta bahwa baru-baru ini sudah ada penangkapan terduga teroris.

“Apa yang tampak di permukaan hanya fenomena gunung es, dari apa yang terjadi di sekitar kita. Karena itu jaga anak-anak kita. Caranya banyak turun ke ranting, tak cukup di rapat. Penguatan ranting harus jadi perioritas utama,” pintanya pada pengurus yang baru dilantik.

Kedua, himayatul ummah (menjaga umat). Pengurus NU harus menjadi garda terdepan penjaga umat. Saat ini peredaran Narkoba merasuki anak muda, bahkan merambah ke sebagian pondok pesantren.

“Pengurus NU turut mengontrol hal ini. Jaga anak-anak kita dari perkumpulan yang tidak ada perlunya,” ujar alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo itu.

Ketiga, himayatud daulah (menjaga negara). Menjaga negara bagian dari tugas NU. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi kesepakatan seluruh komponen bangsa.

Berangkat dari kesadaran ini, dirinya mengajak menjaga Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dengan segala daya dan upaya. Penjagaan itu tak cukup bergantung kepada negara, harus ada peran serta pengurus dan warga NU.

“Mempertahankan NKRI sama dengan menjaga agama,” tanbahnya.

Alumni Pondok Pesantren Nurul Islam Karangcempaka Bluto itu meneybut Nonggunong ini daerah kepulauan. Di mana banyak lubang-lubang tempat masuknya ancaman dari luar.

“Dari saking sopannya, kita mudah terima orang tak dikenal dari luar dan tak jelas tujuannya, yang kadang bahaya buat kita. Semoga NU terus menjadi benteng pertahanan Aswaja khususnya di daerah kepulauan ini,” pungkas alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura itu.

Editor: Firdausi

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

3
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...