Guluk-Guluk, NU Online Sumenep
Pengurus Komisariat (PK) Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Guluk-Guluk rutin menggelar kajian setiap setengah bulan sekali. Kali ini, kajian bertajuk ‘Perempuan Adalah Tonggak Peradaban’ tersebut dipusatkan di kediaman Vidatul Qomariah, Jum’at, (04/11/2022). Kegiatan itu menghadirkan pemantik Qoriatul Hasanah, Ketua Pengurus Rayon (PR) Mahbub Junaidi Kopri Guluk-Guluk.
Sebelum penyampaian materi, pemantik menanyakan pendapat peserta kajian tentang perempuan. Hal tersebut direspons peserta kajian dengan mengatakan, perempuan adalah sosok yang multiperan, karena ia bisa mengelola banyak pekerjaan dalam satu waktu.
“Ia bisa menjadi istri, menjadi pribadi yang baik, menjadi juru masak, pemegang keuangan keluarga, atau yang lainnya, tanpa mengesampingkan pendidikan dan kasih sayang terhadap anak-anaknya,” ujar Surya Efifah.
Hal berbeda disampaikan Nayla Rosyadi, ia mengatakan perempuan adalah sosok yang dianggap lemah, baik fisik, mental, dan psikis. “Padahal perempuan mampu menempati tempat-tempat strategis dan berbanding terbalik dari pernyataan tersebut,” ungkapnya.
Sementara pemantik Qoriatul Hasanah menyebutkan, secara etimologis perempuan berasal dari kata “per” yang berarti makhluk, dan “empu” yang berarti “mulia”, dan “an” sebagai bentuk imbuhan. Jadi, perempuan adalah sosok yang Tuhan ciptakan sangat mulia dan istimewa.
“Perempuan diciptakan penuh keindahan. Mengalirkan nafas harapan bagi masa depan kehidupan. Hadirnya bukan untuk menyaingi, tapi lebih untuk membersamai kaum lelaki. Keduanya memiliki garis fitrah yang berbeda. Bukan hanya fisik, tapi juga psikologi. Karena itu, sudah pasti berbeda peran keduanya dalam kehidupan. Namun sekali lagi, hal ini bukan berarti diskriminasi. Tepatnya, ini adalah harmonisasi yang dirancang apik oleh Ilahi,” katanya.
Karena itu, lanjutnya, perempuan dalam pandangan Islam harus dijaga kehormatannya, dijamin pendidikannya, kebutuhannya, bahkan kebahagiaannya agar kewajiban yang ada di pundaknya dapat terwujud sempurna. Penjagaan dan penjaminan yang baik bagi seorang perempuan akan melahirkan generasi-generasi cemerlang.
“Yakni, generasi yang kuat, cerdas, beriman, dan bertakwa. Bahkan, ia akan mengukir peradaban agung, yaitu peradaban yang memanusiakan manusia tanpa mempermasalahkan gendernya,” tegasnya.
Ia memberikan contoh mengenai perempuan sebagai tonggak peradaban, salah satunya RA. Kartini. Disebutkan, ia adalah pelopor kemajuan pendidikan di Indonesia yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara. Menurut Kartini, pendidikan perempuan adalah kunci utama menuju jalan kemerdekaan dan melepaskan diri dari belenggu adat serta kebudayaan feodal.
“Oleh karenanya, kita sebagai generasi perempuan tonggak peradaban harus berani speak up (berbicara) dan harus siap menerima resiko apapun itu,” tandasnya.
Pewarta: Husnul Khotimah
Editor: A. Habiburrahman