spot_img

Nahdliyin Giliraja Dijelaskan Hakikat Bahagia di Era Modern

- Advertisement -

Giliraja, NU Online Sumenep

Takbir kemenangan berkumandang di masjid dan mushalla. Satu bulan penuh umat Islam menjalankan ibadah puasa. Kini tiba saatnya kembali suci, merayakan kemenangan di hari yang fitri.

Dalam merayakan hari raya Idul Fitri tahun 1442 Hijriyah, Takmir Masjid Miftahul Huda Banmaleng Giliraja menggelar Shalat Id, Kamis (13/05/2021). Kegiatan ini dipusatkan di masjid tertua Desa Banmaleng yang masih dalam tahap renovasi.

Ustadz Abd. Ghani yang bertindak sebagai khotib pada kesempatan itu lebih menekankan tentang hakikat kebahagiaan. Tentang bagaimana mencapai ketenteraman yang hakiki, kebahagiaan yang berpusat di hati.

“Kebahagiaan itu ada di dalam diri (hati) setiap manusia,” ungkap Ketua Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) Insitut Agama Islam (IAI) Miftahul Ulum Pamekasan ini.

Kesalahan manusia modern sekarang, menganggap kebahagiaan itu ada di luar diri manusia. Sehingga mereka mati-matian menumpuk harta, berebut jabatan, dan menggapai popularitas dengan cara yang tidak dibenarkan oleh agama.

“Padahal belum tentu orang kaya itu bahagia. Belum tentu orang yang punya jabatan itu hidupnya tenang. Serta belum tentu orang yang terkenal itu hidupnya nyaman. Banyak orang miskin tapi hidupnya bahagia. Banyak orang yang tidak punya jabatan justru hidupnya lebih tenang. Dan banyak orang yang tidak terkenal, tapi hidupnya nyaman,” tambahnya 

Ustadz muda kelahiran Desa Banmaleng Giliraja itu mengutip perkataan Imam Al-Ghazali, bahwa kebahagiaan manusia yang hakiki adalah saat ia mengenal Allah, hatinya terpaut dan benar-benar yakin kepada Allah.

“Barang siapa yang dalam kehidupannya tak mengenal Allah dan tidak iman kepada Allah, meskipun mereka punya segalanya, tapi hati mereka kosong dari Allah. Mustahil mereka akan bahagia dalam hidupnya,” jelas Ustadz Abd. Ghani.

Di akhir khotbahnya, pria yang saat ini mengabdi Pimpinan Cabang (PC) Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor (MDSRA) Pamekasan ini berharap, agar umat islam khususnya di Giliraja meraih kebahagiaan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah, berbaik sangka atas apa yang Allah berikan, serta menjadikan puasa sebagai medium mencapai predikat muttaqin dan menggugah rasa peduli antarsesama.

“Di antara tanda diterimanya puasa kita adalah ada perbaikan kualitas dan kuantitas dalam beramal di luar ramadlan. Ada perbaikan moral dalam berhubungan kepada Allah SWT dan sesama manusia. Orang yang meraih kebahagiaan hakiki bukan dia saja yang merasakannya, tapi juga bisa membahagiakan orang lain. Inilah dimensi sosial puasa, menjadi seorang muttaqin yang cinta kasih dan mempunyai rasa solidaritas. Belajar merasakan penderitaan orang lain dan agar kita peduli untuk membahagiakan mereka, mendoakan serta membantu mereka yang sedang dalam kesusahan,” pungkasnya.

Editor: Ibnu Abbas

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

3
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...