Ganding, NU Online Sumenep
Hingga sekarang, Indonesia tampaknya masih menghadapi tantangan besar dalam hal pengelolaan sampah. Kalau memperhatikan lingkungan sekitar, volume sampah yang dihasilkan semakin hari semakin banyak. Parahnya lagi, sebagian besar sampah yang dihasilkan merupakan sampah anorganik yang tidak mudah terurai seperti plastik dan kaca.
“Atas dasar hal itu, salah satu solusi yang bisa kita lakukan untuk mengurangi volume sampah adalah daur ulang (recycle). Daur ulang merupakan salah satu cara untuk memodifikasi sampah atau barang bekas menjadi barang baru yang bermanfaat dan bernilai ekonomi. Ada banyak jenis sampah bisa kita daur ulang, seperti plastik bekas, botol bekas, kertas bekas, wadah bekas dan masih banyak lagi,” kata Nur Qomariyah selaku Sekretaris Posko 08 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Instika Guluk-Guluk saat dikonfirmasi oleh NU Online Sumenep, Senin (08/08/2022).
Ia mengungkapkan, satu hal yang perlu diketahui bahwa sampah plastik, botol plastik, cup minuman, dan kotak makan plastik baru akan bisa terurai dalam waktu 450 tahun. Sungguh waktu yang sangat lama, 4 kali lebih lama dari umumnya usia tiap manusia.
“Oleh sebab itulah, KKN Posko 08 memiliki inisiatif untuk membuat wadah bekas minuman plastik sekali pakai agar diubah menjadi pot yang mana penggunaan dan fungsinya bisa dimanfaatkan lebih lama,” katanya.
“Alih-alih membeli pot baru, lebih baik kita menjadikan bahan bekas minuman yang sudah ada agar bisa berguna dalam jangka tahunan, juga sebagai bentuk agar tidak semudah itu mengotori lingkungan,” sambung alumi Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk ini.
Menurut Mahasiswi Prodi Tasawuf dan Psikoterapi (TP) Fakultas Ushuluddin Instika Guluk-Guluk ini, program telah dilaksanakan setiap hari Selasa sore disela-sela kesibukan mengabdi kepada masyarakat.
“Langkah pertama yang kami lakukan adalah memulung wadah plastik bekas dari tempat sampah, kemudian dicuci dan disemprot cat pylox, melubangi bagian bawah cup dengan solder atau gunting. Barulah pot dari plastik bekas siap digunakan. Bisa untuk menanam bunga, sayuran atau empon-empon,” tambahnya.
Kemudian ia menyatakan, kampanye untuk mengurangi sampah plastik dengan cara kreatif juga dilakukan dengan memberi edukasi pada masyarakat untuk memperlakukan lingkungan sebaik mungkin agar terhindar dari bencana alam.
“Kenapa? Sebab, alam selalu membalas seperti apa cara kita memperlakukannya. Agama mengajarkan pada kita untuk mengabdi kepada Allah SWT, pada sesama manusia dan berakhlak baik pada alam semesta agar nyaman untuk beribadah,” terangnya.
Pihaknya mengajak masyarakat Desa Ketawang Parebaan, Ganding untuk sebisa mungkin mengurangi penggunaan plastik, demi menjaga lingkungan. “Itu harus diawali dari diri sendiri, seperti membawa wadah makanan dari rumah, ketika akan membeli makanan di warung, memakai tote bag berbahan kain saat berbelanja dan lain-lain. Yuk, manfaatkan sampah plastik, jaga bumi agar tetap cantik,” pungkasnya.
Editor: A. Warits Rovi