Image Slider

Menelusuri Sejarah Modern Dunia Arab-Islam dalam Bayang-Bayang Kekuasaan Global

Kajian terhadap sejarah dunia Arab modern melalui perspektif kekuasaan dominan yang mewarnai tiap zamannya menunjukkan adanya empat fase utama: masa kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah, periode kolonialisme Eropa, era bipolaritas geopolitik selama Perang Dingin, serta fase dominasi Amerika Serikat dan arus globalisasi kontemporer. Perjalanan sejarah Arab dalam periode-periode tersebut memperlihatkan dinamika fluktuatif dalam bentuk kedaulatan—baik dalam skala besar maupun kecil—serta berbagai bentuk otonomi pemerintahan.

Menggambarkan dunia Arab semata-mata sebagai wilayah yang tunduk pada kekuasaan asing akan mengabaikan fakta penting bahwa bangsa Arab tidak selalu menjadi subjek pasif dalam narasi historisnya. Justru, sejarah Arab modern menunjukkan dinamika partisipatif, di mana bangsa Arab turut menentukan arah sejarah melalui tindakan kooperatif dengan kekuasaan jika dianggap menguntungkan, melakukan perlawanan ketika merasa dirugikan, serta menanggung dampak dari setiap konfrontasi terhadap kekuatan dominan.

Awal dari sejarah modern dunia Arab dapat ditelusuri sejak penaklukan oleh Dinasti Utsmaniyah pada tahun 1516–1517. Pada masa ini, teknologi militer modern berupa senapan api memberi keunggulan bagi pasukan Utsmaniyah dalam mengalahkan kekuatan militer lokal yang masih mengandalkan persenjataan tradisional seperti pedang. Penaklukan ini menandai awal dari dominasi eksternal atas wilayah Arab yang sebelumnya diperintah secara mandiri dari pusat-pusat peradaban seperti Damaskus, Baghdad, dan Kairo. Sejak saat itu, kekuasaan atas dunia Arab terpusat di Istanbul—sebuah kota strategis yang menghubungkan dua benua di wilayah Selat Bosporus—yang menjadi pusat pemerintahan Utsmaniyah hingga berakhirnya Perang Dunia I.

Runtuhnya Kekhilafahan Utsmaniyah pada tahun 1918 dipandang oleh banyak kalangan di dunia Arab sebagai titik balik yang menandai awal era baru menuju kemerdekaan dan kebangkitan identitas nasional. Masyarakat Arab mengharapkan kebangkitan kembali kekuasaan Arab yang bersatu dari reruntuhan Kekhilafahan, dan menaruh harapan besar terhadap prinsip penentuan nasib sendiri sebagaimana diungkapkan dalam Empat Belas Pasal Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson.

Namun, harapan tersebut segera berubah menjadi kekecewaan mendalam ketika realitas politik internasional menunjukkan bahwa tatanan dunia pascaperang justru dibentuk berdasarkan kepentingan kekuatan Eropa, bukan atas dasar idealisme Wilson. Inggris dan Prancis, sebagai pemenang perang, memanfaatkan Konferensi Perdamaian Paris tahun 1919 untuk menerapkan sistem negara-bangsa modern di kawasan Arab, yang pada kenyataannya merupakan bentuk baru dari kolonialisme.

Seluruh wilayah Arab, kecuali bagian tengah dan selatan Jazirah Arab, jatuh ke dalam sistem mandat atau protektorat di bawah kekuasaan asing. Di wilayah Suriah dan Lebanon, Prancis memperkenalkan model pemerintahan republik kepada bekas wilayah Kekhilafahan tersebut. Sementara itu, Inggris menerapkan sistem monarki konstitusional bergaya Westminster di Irak dan Yordania. Kasus Palestina menjadi pengecualian yang signifikan, karena janji pembentukan tanah air bagi bangsa Yahudi di wilayah tersebut, yang ditentang keras oleh penduduk Arab lokal, menghambat proses pembentukan pemerintahan nasional dan memperumit stabilitas politik di wilayah itu.

Karya ini merupakan salah satu referensi paling otoritatif mengenai sejarah dunia Arab-Islam modern. Dimulai dari masa kejayaan Kekhalifahan Utsmaniyah pada abad ke-16, buku ini menguraikan dinamika sejarah dunia Arab dalam konteks imperialisme Eropa, rivalitas negara-negara adidaya selama era Perang Dingin, hingga dominasi unipolar Amerika Serikat pada masa kontemporer.

Berbasis pada beragam sumber primer dan sekunder—termasuk catatan saksi mata yang hidup di era-era penting sejarah Arab—karya ini menyajikan perspektif yang seimbang dengan merujuk pada narasi politikus, intelektual, pelajar, sastrawan, dan masyarakat umum, baik yang dikenal maupun tidak. Pendekatan ini menghasilkan sebuah representasi sejarah yang kompleks dan mendalam, mencerminkan kehidupan masyarakat Arab selama hampir lima abad.

Keistimewaan lain dari buku ini adalah cakupan geografisnya yang luas, mencakup wilayah Arab dari Afrika Utara hingga Jazirah Arab. Buku ini tidak hanya menelusuri kronologi peristiwa, tetapi juga menganalisis transformasi identitas Arab—dari utsmaniyahisme menuju arabisme, dan selanjutnya berkembang ke islamisme. Berbagai isu fundamental turut dibahas secara komprehensif, seperti ketegangan antara kekuatan asing dan semangat kemerdekaan nasional, konflik Arab-Israel dan proses perdamaian, kebangkitan nasionalisme Arab, serta dialektika antara nilai-nilai Islam dan sekularisme.

Judul : A History of The Modern Arabs, Sejak Era Kejayaan Khilafah Utsmani Hingga Sekarang
Penulis : Eugene Rogan
Penerbit : Qaf
Cetakan : April 2024
Tebal : 784 halaman; Bookpaper
Dimensi : 15 x 23 cm
Sampul : SoftCover
ISBN : 978-623-6219-76-8

*Amrullah, Gapura.

ADVERTISIMENT

sosial mediaFollow!

16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan

Rekomendasi

TerkaitBaca Juga!

TrendingViral!

TerbaruBaca Juga