spot_img
Categories:

Tafsir Maqasidi: Al-Quran Sebagai ‘Kitab Kemanusiaan’

- Advertisement -

Oleh: Abdul Warits

Judul: Metode Tafsir Maqasidi; Memahami Pendekatan Baru Penafsiran Al-Qur’an
Penulis: Dr. Wasfi Asyur Abu Zayd
Penerbit: Qaf Media
Cetakan: Maret, 2020
Tebal: 242 halaman
ISBN: 978-602-5547-76-8

Al-Quran esensinya diturunkan ke bumi ini dalam rangka menjadi kitab  kemanusiaan (insaniyyah). Terbukti isi kandungan Al-Quran memang berkaitan dengan segala kemaslahatan manusia dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, manusia harus mengetahui apa yang dimaksudkan oleh Al-Quran dalam menjalani kehidupan di dunia ini sehingga bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.

- Advertisement -

Buku ini menjelaskan agar manusia mengerti terhadap apa yang dimaksudkan oleh Al-Quran dalam perspektif keilmuan tafsir sehingga lahirlah produk tafsir maqasidi sebagai aliran baru dalam keilmuan tafsir. Buku ini menjelaskan dengan rinci aspek dasar, asal usul dan pembatasan tafsir maqasidi, makna tafsir maqasidi, hubungan dan posisinya dengan tafsir lain, memaparkan ragamnya, menentukan dasar dan aturan-aturannya, serta memerinci faidah dan tujuan-tujuannnya.

Tafsir maqasidi dapat didefinisikan sebagai salah satu ragam dan aliran tafsir di antara berbagai macam aliran tafsir yang berupaya menguak makna-makna logis dan tujuan-tujuan beragam yang  berputar di sekeliling Al-Quran baik secara general maupun parsial dengan menjelaskan cara memanfaatkannya untuk merealisasikan kemaslahatan manusia. (hal. 20). Artinya, tafsir bukan hanya sekedar tafsir tetapi berupaya menjelaskan langkah-langkah unuk membumikan petunjuk Al-Quran dalam realitas kontemporer. (hal. 21)

Akan tetapi, metode tafsir maqasidi ini justru tidak bertentangan dengan metode tafsir yang lain justru semua metode penafsiran butuh terhadap maqasidi. Kebutuhan semua tafsir kepada tafsir maqasidi ini menjadi bukti bahwa tafsir maqasidi adalah “bapak” dari semua tafsir yang ada. Pada saat yang sama, tafsir maqasidi adalah buah dari tafsir-tafsir tersebut. Karena itu, setiap tafsir harus memiliki ruh maqasidi. (hal. 24)

Selain menjelaskan tentang ragam maqasidi Al-Quran, buku ini juga menerangkan beberapa ulama yang pernah melakukan penelitian dan ijtihad dalam maqasid Al-Quran di antaranya Abu Hamid Al-Ghazali, Al-Izz Ibn Abd As-Salam, Al-Biqa’i, Rasyid Ridha, Said Al-Nursi, dan Al-Thahir Ibnu ‘Asyur. (hal. 31). Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan buku ini juga melengkapi bagaimana syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir dalam mengungkap maqasidi Al-Quran serta aturan-aturan dalam menguak saripati maqasid Al-Quran.

Ada empat syarat yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir untuk menemukan maqasid Al-Quran. Pertama, memahami bahasaArab dan penerapannya. Artinya, seorang mufassir tidak hanya memahami Bahasa Arab secara atomistik (sepotong-sepotong) melainkan harus memahaminya secara komprehensif. Memahami bahasa arab merupakan jalan untuk memahami Al-Quran serta mengetahui rahasia, nilai, aturan, makna dan juga maqasidnya. (hal. 114). Kedua, seorang mufassir harus bertekad melakukan tadabbur (perenungan) dan berusaha untuk hidup bersama dengan Al-Quran. Sebaiknya seorang muslim membaca Al-Quran seakan dia hidup pada era risalah dan masa penurunan Al-Quran. Ketiga, mengamalkan Al-Quran, mengajarkannya dan berjihad dengannya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah bahwa orang-orang yang dapat dijadikan guru tentang Al-Quran dan sunnah adalah mereka yang dapat dijadikan panutan dalam ilmu dan amal (hal. 126).

Keempat, bertolak dari kebutuhan umat terhadap maqasid umum Al-Quran. Dari sini, perhatian terhadap realitas umat, problematikanya, dan juga kebutuhannya di berbagai lini kehidupan merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh seorang mufassir maqasidi, fiqh maqasidi ataupun ijtihad maqasidi. Oleh sebab itulah, seorang pakar apapun spesialisasinya, jika terputus dari realitas manusia dan problematikanya, maka cukuplah baginya hidup di antara buku dan kertas kertas. Kata-katanya tidak akan memancarkan cahaya sebagaimana apa yang dituliskan juga tidak menyiratkan sinar. ( hal. 129)

- Advertisement -

Akan tetapi, yang perlu menjadi perhatian dalam mengungkap saripati maqasid Al-Quran harus melalui beberapa aturan penting. Pertama, disimpulkan dari proses yang benar yaitu merujuk ke teks Al-Quran, menerapkan metode induktif, konslutif, dan mengikuti hasil sarjana Al-Quran dari berbagai era. Kedua, memenuhi syarat-syarat mufassir maqasidi. Ketiga, mengutamakan maqasid tekstual dan original dari Al-Quran. Keempat, mengedepankan maqasid umum Al-Quran. Kelima, membuktikan keselarasan antar kalimat, ayat, surah, dan Al-Quran secara keseluruhan. Di akhir bagian buku ini juga dijelaskan tentang manfaat tafsir maqasidi. Wallahu a’lam.

*) Abdul Warits, Redaktur NU Online Sumenep, sekaligus Alumni Instik Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...