Oleh: Anas Ilhami
Judul: Biografi Umar Ibn Abdul Aziz
Penulis: Abdurrahman al-Syarqawi
Penerbit: PT Qaf Media Kreativa
Cetakan: I, Oktober 2020
Tebal buku: 635 halaman
ISBN: 978602547850
Suatu ketika, khalifah Sulaiman kedatangan seorang laki-laki yang meminta pertolongan dan ampunan dari sang khalifah, ia memohon amnesti untuk saudaranya yang melakukan kejahatan sehingga harus dijatuhi hukuman Karena ada banyak saksi yang melihatnya saat melakukan kejahatan. khalifah Sulaiman mendengarkan orang itu dan merasa kasihan kepada keluarganya. ia ingin mengampuni dan membebaskan si pelaku, akantetapi, sang khalifah tidak langsung mengambil keputusan untuk membebaskan orang itu.
Khalifah Sulaiman terlebih dahulu memilih merundingkan hal tersebut dengan penasihatnya, Umar Ibn AbdulAziz. Umar pun mengecam pelaku kejahatan tersebut. Memang Umar mengenal orang itu sebagai orang baik, banyak sedekah dan punya banyak keutamaan lain. tetapi hukum harus ditegakkan. Ia terbukti melakukan kejahatan. Maka ia tidak bisa terlepas dari hukuman begitu saja. Akhirnya, orang itu dihukum dengan hukuman cambuk. bagi Umar, sesungguhnya menegakkan hukuman itu, setara dengan kewajiban mendirikan shalat dan menunaikan zakat. begitulah Umar Ibn Abdul Aziz.
Buku yang berjudul “Biografi Umar Ibn Abdul Aziz” karya Abdurrahman al-Syarqawi yang diterbitkan oleh penerbit Qaf ini, seakan-akan mengajak kita untuk kembali melihat perjuangan sosok Umar Ibn AbdulAziz yang berjuang mati-matian dalam menegakkan keadilan dan memberantas segala kezaliman. Bahkan kisah-kisahnya pun tidak hanya membahas tentang orang muslim yang harus diadili karena melakukan kejahatan, melainkan juga hubungan harmonis dengan agama lain yang harus di jaga keeratannya. Seperti pada saat Umar Ibn Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah menggantikan khalifah sulaiman, ia menetapkan suaru kebijakan baru untuk memperkuat hubungan dengan komunitas Kristen. Yang mana dalam hal ini Umar membangun gereja menggantikan gereja yang dulunya diruntuhkan dan tanahnya digabungkan dengan bagian masjid agung Damaskus. beliau juga mengikat erat hubungan dengan agama-agama lain.
Kebijakan dan perintahnya itu, ia sampaikan kepada seluruh pejabat di berbagai kota dan provinsi “jangan rusak tempat ibadah siapapun, tidak pula menara tempat pemujaan orang Majusi”. tidak hanya itu, Umar juga meringankan beban jizyah bagi kalangan non muslim.
Ketika membaca buku ini, di bagian awal kita akan dihadapkan dengan sejarah singkat Umar Ibn Abdul Aziz semasa hidup sebagai sosok pemimpin yang adil, jujur, bertanggung jawab dan dapat dipercaya. dan bahkan terdapat peristiwa ketika Umar dengan rasa penuh tanggung jawabnya, ia berani menjadi miskin dan menyerahkan selurah harta yang dimiliki kepada perbendaharaan negara. Sehingga menjadikan orang-orang yang berjumpa dengan beliau dengan keadaannya yang seperti itu, menagis terharu atas rasa tanggung jawab Umar yang luar biasa. Memang begitulah selayaknya menjadi seorang pemimpin! Seingga ia mampu menjadi teladan bagi rakyatnya, terlebih bagi genarasi selanjutnya yang akan meneruskan kepemimpinan. Maka kiranya tidaklah berlebihan jika di bagian halaman judul buku ini, Abdurrahman al-Syarqawi menuliskan “Kisah Hidup dan Teladan Sang Khalifah Kelima Pemimpin Semua Bangsa”.
Melihat dari keseluruhan kisah yang tersaji dalam buku ini, setidaknya dapat dikelompokkan kedalam beberapa tema utama, yaitu: kepemimpinan, keadilan, kebijaksanaan, serta penyamarataan di depan hukum. Lantas, pertanyaannya saat ini, apakah hikmah yang dapat kita petik dari keteladanan sang khalifah, sedang kita telah hidup jauh dari kehidupan sang khalifah?
Situasi dan kondisi masyarakat di masa kepemimpinan khalifah Umar Ibn Abdul Aziz, saya kira masih cukup relevan dengan situasi bangsa kita saat ini, yang masih saja tidak bisa keluar dari krisis kulutur. meskipun di akhir kepemimpinannya Umar mampu melepaskan jeretan krisis kultur tersebut.
Dalam hal ini, pemimpin di negeri ini mulai dari atas hingga kelas bawah sekalipun, tidak ada yang tidak terlibat korupsi. ditambah lagi foya-foya keluarga pejabat dan orang-orang kaya kerap kita saksikan di tengah kemiskinan yang membolduser masyarakat miskin tanpa ampun. Belum lagi virus corana yang melanda planet bumi saat ini, telah mampu memperlihatkan simpang-siur kepemimpinan di banyak negara, tak terkecuali Indonesia.
Ambil misal, kisah kepemimpinan dari sosok Umar yang dikenal adil itu. Beliau membuktikan keseriusannya dalam membersihkan negaranya dari tradisi korupsi. Bukan hanya itu, Umar memulai dari keluarganya sendiri terlebih istrinya. Umar Ibn Abdul Aziz meminta menjauhkan kebiasaan buruk istri-istri pejabat sebelumnya yang suka bersenang-senang saja. Tak mudah memang! tatapi Umar mampu merealisasikannya.(hlm: 356)
Lain pula perihal keadilan. Kita dapat mengetahui kisah seorang ahli sedekah yang dimintai amnesti oleh saudaranya yang lain karena telah melakukan suatu kejahatan. Akan tetapi, Umar pun mengecam ahli sedekah itu dan memberinya hukuman cambuk. Meskipun ia orang baik-baik dan ahli sedekah. (hlm:272)
Selain tentang kepemimpinan, di buku ini kita juga mendapatkan sebuah edukasi baru tentang pentingnya meminta nasihat dari fuqaha dan para alim sebagai bahan intropeksi bagi diri sendiri. Bertalian dengan itu, buku ini juga memuat sejarah singkat tentang pengkodifikasian hadis Nabi yang pada khalifah Umar Ibn Khattab belum terealisasikan. yang mana dalam hal ini, Umar Ibn Abdul Aziz menindak lanjuti kodifikasi hadis tersebut yang akhirnya terealisasi.
Demikian kisah hidup dan keteladanan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz yang dituangkan kembali oleh Abdurrahman al-Syarqawi. dengan tujuan menunjukkan sifat dan sikap yang sebenarnya harus dimiliki oleh para pemimpin. Sekali lagi, buku ini mengajak kita untuk kembali melihat perjuangan sosok khalifah Umar Ibn Abdul Aziz yang berjuang mati-matian dalam menegakkan sebuah keadilan dan kemakmuran rakyat.
*) Anas Ilhami, Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur