spot_img
Categories:

Indonesia dalam Dekapan Sayur dan Rempah

- Advertisement -

Judul Buku      : Rempah, Bumbu, dan Sayuran Kering Indonesia
Penulis             : Ameilia Zuliyanti Siregar
Penerbit           : Intimedia
Cetakan           : 2021
Tebal               : 190 halaman
ISBN               : 978-623-6813-04-1
Harga              : 78.000
Peresensi         : Habibullah Salman*

Perhatikan masakan padang yang terkenal tersebut. Bisa belasan hari masakan itu tidak basi. Ada empat belas rempah yang dibikin bumbu untuk melawan mikroba sehingga membuatnya awet. Perhatikan pula mumi Firaun di Mesir. Ribuan tahun lalu, sebelum ditemukan bahan kimia pengawet sejenis formalin,  mumi itu diawetkan dengan menggunakan lada. Tidak heran, sebelum Masehi, masyarakat Mesir sudah mengenal tanah Nusantara.

Kita tahu rempah juga digunakan untuk membikin aroma sedap di mulut. Ratu inggris, dulu, memberikan aturan agar setiap punggawanya yang hendak memasuki kerajaan harus makan cengkih dulu. Untuk kesehatan, rempah juga telah digunakan ribuan tahun lalu. Itu hanyalah fungsi sampingan dari rempah. Fungsi utamanya adalah sebagai penyedap kuliner. Dengan bumbu rempah, masakan akan beroma sedap, terlihat cantik, mantap disantap, mengenyangkan, dan menyehatkan.

- Advertisement -

Buku yang ditulis Ameilia Zuliyanti Siregar ini menegaskan betapa berharganya rempah dari negeri ini. Misalnya cengkih, di zaman dulu, harganya per kilogram setara dengan tujuh gram emas (halaman 8). Dengan nada serupa, dalam buku Rumah di Tanah Rempah (2020), Nudiyansah Dalijo menjelaskan bahwa sebelum kolonialisme mencengkram Nusantara pada abad 16, harga rempah melebih harga emas. Sekarung cengkih dan pala setara dengan satu kapal atau rumah megah.

Aroma Budaya dan Agama

Semua rempah yang ada di Nusantara, selain pala dan  cengkih, adalah bukan tanaman endemik negeri ini. Sebagian besar justru berasal dari negeri lain. Misalnya lada. Awalnya ia hanya tumbuh di India. Pada Abad 12, tanaman tersebut dibawa ke Nusantara. Ia justru dibawa orang India ke negeri ini enam abad sebelum Masehi. Begitu juga dengan rempah-rempah lainnya.

Perpindahan rempah cengkih berjalan beriring dengan perpindahan budaya dan agama. Jika kita lihat Hindu di Indonesia, ia tidak bisa dilepaskan dari soal rempah. Begitu juga dengan Islam yang dibawa orang Arab dan Kristen yang dibawa orang Eropa, sangat berkaitan dengan soal rempah.Pluralisme budaya bisa dikatakan berasal dari persoalan rempah.

Ameilia mengulas tentang budaya masyakat lokal dalam memperlakukan tanaman rempah. Misalnya cengkih. Di Maluku, ketika ada anak lahir, kelurganya segera menanam bibit cengkih. Ada kepercayaan bahwa kelestarian tanaman cengkih berkaitan erat dengan kelestarian si anak. Tidak heran  pohon cenkih di sana dirawat layaknya merawat anak. Tidak heran pula jika di daerah tersebut masih tumbuh pohon cengkih tertua, usia 416 tahun, karena dipelihara dengan baik (halaman 9).

Di kepulauan Banda, tempat tumbuh suburnya rempah pala, martabat wanita wanita dijunjung tinggi. Tanpa menghormati wanita di sana, berapapun harga yang diberikan, tidak akan sanggup meluluhkan hati penduduk sana untuk menyerahkan  produk pala mereka.

- Advertisement -

Multimanfaat dan Cara Merawat

Pada tiga bab pertama, buku ini menjelaskan tentang manfaat rempah dans sayuran sebagai pewarna, pengawet, perasa, pengaroma, sekaligus unsur yang kesehatan. Kunyit misalnya, tidak saja bisa memberi warna pada makanan, namun juga bisa menjadi aktioksidan yang bisa melawan radikal bebal, membunuh benih tumor, sekaligus untuk meredam demam. Artinya, sekali kita menggunakan kunyit makanan kita jadi sedap dan tubuh sehat (halaman 84).

Bisa juga kunyit diolah mandiri untuk kesehatan. Namun, harus tahu caranya. Kesalahan yang sering terjadi, menurut Ameilia, pada sebagian orang  merebus kunyit untuk meredam demam. Ini keliru. Unsur kunyit yang bisa menyembuhkan demam adalah flavonoid. Zat ini tidak tahan pada panas. Direbus membuat zat hilang ini hilang.

Ameilia ini juga membahas raga jahe dan manfaatnya. Dibahas pula varian bawang merah dan putih beserta fungsinya. Bawang putih, yang sekarang lagi beken sebagai obat, sudah digubanakan sejak lima ribu tahun lalu untuk menjaga kesehatan dan meninhkatkan stamina. Tentara yang bertuga berperang dan budak yang kerjanya tidak mengenal waktu mengonsumsi bawang putih. Ameilia menjelaskan penelitian modern tentang beragam manfaat bawang putih untuk kesehatan. Salah satu penemuan yang penting disimak adalah fakta bahwa bawang putih bisa membunuh organisme yang kebal terhadap berbagai obat (halaman 107).

Puluhan tanaman rempah dan sayuran yang dalam buku ini dijelaskan pula cara perawatannya. Ada beragam penyakit yang biasa mengganggu tanaman-tanaman tersebut. Ameilia juga menjabarkan apa saja langkah yang harus diambil guna mengmbaski hama-hama tersebut.

- Advertisement -

Sebagai Komoditas

Hingga sekarang rempah dan sayuran negeri ini menjadi komuditas lokal dan internasional. Kendatipun sejak abad 19 berbagai negara bisa membudidayakan berbagai rempah, namun lokalitas sangat memengaruhi aroma, rasa, kualitas dan morfologi rempah itu sendiri. Misalnya, kayu manis yang tumbuh di Indonesia berbeda dengan kayu manis jenis yang sama yang tumbuh di negara lain.

Anugerah tanah yang subur telah menjadi negeri ini bisa memproduksi berbagai jenis kualitas rempah terbaik. Tercatat Indonesia merupakan vanili, pala, dan cengkih terbesar di dunia. Buku ini mencoba mengulas bahwa terdapat aneka format rempah yang jadi komoditas tersebut. Rempah bisa diubah ekstrak demi mencegah cepat kadaluarsa. Bisa juga dibuat sejenis gorengan agar bisa dinikmati. Misalnya, daerah Palu dikenal gorengan bawang merah. Ini menjadi oleh-oleh khas daerah tersebut bagi turis domestik atau turis asing (halaman 114).

Pada bab empat, lima, dan enam buku menfokuskan cara pengolahan bumbu tersebut. Di tiga bab terakgir tersebut, ulasannya mirip acara tataboga. Dijelaskan secara rinci dalam tiga bab tersebut tentang jenis rempah, komposisi, dan juga alat pengolahan yang baik digunakan.

Buku hasil penelitian ini, bisa dikatakan buku yang lengkap mengisahkan persoalam rempah dan sayuran dari sekelumit sejarah,cara membudidayakan, manfaat, bagaimana cara mengelola, alat-alat yang digunakan serta jalur-jalur pemasarannya baik di area loka dan manca negara.Beragam gambar yang disisipkan dalam buku ini bermanfaat untuk mengkonkritkan ulasan rempah dan sayuran yang dibahas.

 

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...