spot_img
Categories:

Ibu Madrasah Pertama Seorang Anak

- Advertisement -

Judul Buku: Madrasah Terbaik itu Bernama Ibu
Penulis: Isna Laila Nur
Penerbit: Araska Publisher
Tahun Terbit: I, Agustus 2020
Tebal Buku: 228 Halaman
ISBN: 978-603-7910-18-3
Peresensi: Muhtadi ZL*

Dalam berekeluarga, siapa yang tidak ingin hidup harmonis, damai dan tenteram mengingat orientasi berkeluarga hanya demikian. Dengan berkeluarga kita bisa menjadi visioner sejati, menjadi pemimpin hakiki, sampai menjadi raja yang tak tertandingi,  walau hanya tingkat keluarga.  Akan tetapi, untuk menuju ke tangga yang banyak diimpikan oleh banyak keluarga tersebut, tentu tidak mudah. Banyak aral yang harus dilewati, berbagai medan harus diperangi. Jika hal ini terealisasi dengan maksimal, jangan heran bila keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah terjalin dengan baik.

Namun, dalam berkeluarga rasanya kurang pas bilamana tidak ada kehadiran seorang anak. Anak merupakan anugerah yang tiada batas bagi keluarga. Dengan kehadiran seorang anak, keberadaan keluarga semakin berasa komplit dan kebahagiaan seolah hanya milik keluarga saja. Begitulah yang dapat kita rasakan bila kehadiran seorang anak melengkapi keseharian rumah tangga suami-istri.

- Advertisement -

Secara ekplisit, kita juga bisa menyadari bahwa kehadiran seorang anak juga bisa menjadi bencana dan pula bisa mendatangkan kebahagiaan. Ibarat pepatah, anak tak ubahnya pedang bermata dua. Kalau keluarga—cara mendidikanya baik—anak akan menjadi keberkahan tesendiri bagi orang tua. Juga sebaliknya, misal anak tidak didik dengan baik—anak akan menjadi beban dan masalah serius bagi orang tua. Orang tua harus memperlakukan anak-anaknya dengan baik (hal.108). Sebaliknya, seorang anak juga harus memperlakukan orang tua dengan baik pula. Andaikata simbiosis mutualisme ini berjalan dengan linear dan optimal. Maka, kehidupan berumah tangga yang diidamkan banyak keluarga bisa digapai dengan baik.

Untuk mendidik anak agar cepat patuh dan menurut pada orang tua. Solusinya ada pada ibu. Mengapa? Sebab, seorang ibu memiliki peran yang sangat urgen dalam menentukan karakter anak. Gampangnya, anak dikandung oleh seorang ibu, kepekaan memori seorang anak sangat kentara. Misalkan ketika hamil seorang ibu membaca salawat, maka anaknya juga akan “agak” sering bersalawat, bisa jadi berbudi luhur. Jika sebaliknya, ketika hamil ibu lebih senang menggosip, jangan heran bila anaknya juga lebih rewel dari sang ibu, dan begitulah seterusnya. Semua yang melekat pada anak tidak akan jauh dari perlakuan ibu semasih mengandunginya.

Katika lahir pun orang tua juga harus bersungguh-sungguh dalam mendidik anaknya. Juga jangan lupa, semua yang kita lakukan—baik berbentuk perbuatan dan perkataan—hendaknya didahului oleh bismillah dan akhiri dengan alhamdulillah. Suami dan istri biasakan membaca hamdalah saat selesai makan, mencuci atau membereskan pekerjaan rumah lainnya (hal.47). Dari sini kita bisa menggunakan strategi pembelajaran yang komprehensif dalam mendidik anak. Dalam mendidik tidak hanya dengan perkataan, ada cara yang lebih baik yakni dengan tindakan. Sebab seorang anak yang memorinya masih rentan dan terkadang tidak bisa mencerna perkataan orang tua sebab sulit dimengerti oleh seorang anak. Maka dengan pembelajaran secara tindakan menjadi jalan mudah untuk dieksekusikan atau ditiru oleh anak.

Isna Laila Nur sebagai penulis buku “Madrasah Terbaik itu Bernama Ibu” menyajikan suguhan yang sangat relevan dengan keadaan keluarga di era sekarang. Sebab di dalam buku ini, penulis menyuguhkan data primer sesuai Ummul Kitab, yakni al-Fatihah. Penulis mencoba memaparkan data konkret sesuai al-Fatihah dalam mendidik seorang anak dan membina keluara yang harmonis. Hal yang menjadi nilai lebih dari buku ini, ialah data-data yang penulis hadirkan dengan menafsiri ayat al-Fatihah secara tematik. Sehingga pembaca bisa mendapat wawasan baru perihal kedalan ayat perayat dari al-Fatihah.

Kehadiran buku ini juga semakin urgen setelah penulis—di bagian bab X—menghadirkan keluarga-keluarga yang tercantum dalam al-Qur’an. Seperti keluarga Ali Imran, Nabi Ibrahim AS, dan Lukman al-Hakim dan lain lain. Semua keluarga yang tertera di bagian akhir menunjukkan bahwa keseriusan penulis dalam menggarap buku ini benar-benar hanya untuk memberikan pemahaman kepada pembaca yang luas, agar menciptakan keluarga yang benar-benar di ridhoi Allah Swt. Wallahu A’lam.


Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah (HES) Institut Ilmu Keislaman Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Redaksi
Redaksihttps://pcnusumenep.or.id
Website resmi Nahdlatul Ulama Sumenep, menyajikan informasi tentang Nahdlatul Ulama dan keislaman di seluruh Sumenep.
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...