spot_img
Categories:

Menilik Tradisi Maleman di Madura

- Advertisement -

Oleh: Lukmanul Hakim

Malam ganjil di sepertiga akhir Ramadhan adalah masa yang sangat diistimewakan oleh sebagian masyarakat Madura. Sebab, di Madura ada sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Madura yang disebut dengan ‘Maleman’. Sebenarnya maleman bukan hanya di Madura, masyarakat Jawa juga ada tradisi maleman, meski dengan model yang berbeda.

Maleman adalah sebuah tradisi yang biasa dilakukan pada bulan Ramadhan. Tradisi ini dilakukan secara turun temurun, entah siapa yang memulai pertama kali. Biasanya dilakukan pada tanggal ganjil di sepuluh hari terakhir meliputi tanggal 21, 25, 27, dan 29 bulan Ramadhan.

- Advertisement -

Maleman berasal dari kata dasar malem yang artinya malam. Setelah mengalami afiksasi, kata malem menjadi maleman. Maleman berarti malam yang merujuk kepada peringatan hari tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maleman adalah selamatan atau kenduri pada malam tanggal ganjil di bulan Puasa (Ramadhan) tanggal 20 tibanya Lebaran. Saat maleman, penduduk banyak yang mengadakan kenduri.

Definisi tersebut sedikit berbeda jika dibandingkan dengan tradisi yang ada di Jawa dan Madura. Karena di sini tidak ada kenduri atau ritual khusus pada tanggal itu. Jadi, hanya sebatas saling berbagi masakan antara yang satu dengan yang lainnya.

Setiap desa mempunyai tanggal khusus, tidak sama dengan tanggal desa lainnya. Bagi desa yang sampai pada waktu maleman, biasanya orang-orang di desa itu memasak untuk dibagikan kepada tetangga, sanak famili, dan kepada besan yang anaknya sedang bertunangan. Menus yang dimasakpun juga berbeda, ada yang memasak nasi dan ayam, serta ada pula yang membuat kolak dan kettan.

Selain untuk selamatan, bagi-bagi masakan dimaksudkan untuk saling mengikat hubungan keluarga yang jauh agar tidak sampai putus. Aneka masakan itu dibagikan pada sore hari yang sekaligus dimakan pada buka puasa oleh tuan rumah.

Pemilihan waktu pada tanggal-tanggal ganjil di sepertiga terakhir di bulan Ramadhan, kemungkinan masyarakat meyakini bahwa turunnya malam Lailatul Qadar di tanggal tersebut, yakni malam yang ditunggu oleh umat Islam. Di malam ini Allah akan melipatgandakan amal perbuatan manusia. Malam ini juga biasa disebut malam seribu bulan sehingga masyarakat tidak menyiakan dengan bersedekah.

Artinya, maleman ini sebuah upaya mengingatkan tentang adanya malam Lailatul Qadar. Karena bagi siapa saja yang beribadah di malam tersebut nilainya akan lebih baik daripada seribu bulan. Sehingga dalam sejarahnya, para walisongo berusaha mengingatkan betapa pentingnya malam tersebut melalui budaya yang dikenal dengan maleman.

- Advertisement -

Dengan demikian, maleman adalah malam yang diproyeksikan khusus untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Maleman termasuk dari khazanah Nusantara sebagai warisan para Walisongo. Maleman juga merupakan akulturasi antara Islam dan masyarakat Jawa. Maleman ini adalah pengaplikasian dari hadist nabi yang menyatakan bahwa pada sepuluh hari terakhir diindikasikan sebagai turunya malam Lailatul Qadar atau malam seribu bulan.

*) Mahasiswa Prodi PAI Program Pascasarjana Instika Guluk-Guluk, Kepala Perpustakaan Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Guluk-Guluk, Dewan Redaksi Jurnal Pentas Madrasah Aliyah 1 Annuqayah Guluk-Guluk, Pengurus Pimpinan Ranting (PR) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Lembung Barat, dan Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Lubangsa Guluk-Guluk Tahun 2014-2021.


Editor : Firdausi

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...