Pasongsongan, NU Online Sumenep
Pengurus Pimpinan Ranting (PR) Fatayat Nahdlatul Ulama Desa Prancak Pasongsongan menggelar pertemuan rutin bulanan yang dikemas dengan Khatmil Qur’an dan Diskusi, Jum’at (01/07/2022) di Dusun Platokan.
Mabruroh, Ketua PR Fatayat NU Prancak Pasongsongan mengatakan, tujuan kegiatan ini memang didasarkan pada Peraturan Dasar (PD) pada BAB IV Pasal 4 tentang tujuan organisasi.
“Pertama, membentuk perempuan muda NU yang bertakwa kepada Allah SWT, berakhlakul karimah, beramal shaleh, cakap, bertanggungjawab, berguna bagi agama, nusa, bangsa, dan negara,” katanya.
“Kedua, agar senantiasa selalu membangun kebersamaan dalam ukhuwah Islamiyah yang menjadi landasan untuk menjalin silaturahim dan persaudaraan yg kuat. Sisi lain untuk selalu berkiprah di Nahdlatul Ulama dengan lewat Fatayat NU,” tambahnya.
Alumni Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk juga menyatakan, Fatayat NU adalah sebuah organisasi yang diperuntukkan untuk perempuan di mana perempuan harus juga ikut andil dalam kiprah Nahdhatul ulama.
“Dengan begitu, kita dapat mengikuti jejaknya para muassis NU. Sisi lain, kita sebagai perempuan harus menjadi perempuan tangguh, multitalenta, ibu rumah tangga yang cerdas dan cekatan dalam menghadapi perkembangan zaman,” ungkapnya.
Kegiatan diisi dengan Khatmil Qur’an dan diskusi. Tema diskusi yang diangkat yaitu ‘Perempuan Harus Bisa Menyesuaikan Perkembangan Zaman’. Adapun hasil diskusinya adalah sebagai berikut:
Pertama, keluarga merupakan pondasi dasar penyebaran Islam. Dari keluargalah, muncul pemimpin-pemimpin yang berjihad di jalan Allah SWT dan akan datang bibit-bibit yang akan berjuang meninggikan kalimat-kalimat Allah SWT. Salah satu yang memiliki peran terbesar dalam hal tersebut adalah kaum wanita.
Kedua, wanita sebagai seorang istri. Ketika seorang laki-laki merasa kesulitan, maka istrilah yang bisa membantunya. Ketika seorang laki-laki mengalami kegundahan, sang istrilah yang dapat menenangkannya. Ketika sang laki-laki mengalami keterpurukan, sang istrilah yang dapat menyemangatinya.
Ketiga, dalam hal ekonomi, seorang wanita juga mempunyai peran meski berada dalam rumah tangga. Dengan memanfaatkan ekonomi kreatif atau digitalisasi.
Keempat, wanita sebagai seorang Ibu. Tidak ada kemuliaan terbesar yang diberikan Allah SWT bagi seorang wanita, melainkan perannya menjadi seorang Ibu bagi anaknya.
Kesimpulan yang dapat diambil ialah bahwa seorang wanita juga mempunyai kiprah dalam kehidupan terlebih dalam hal rumah tangga, baik ekonomi, pendidikan, dan agama. Maka dari itu, seorang wanita hanya kodratnya lemah, tetapi hal lainnya juga mempunyai kesempatan yang sama.
Editor : Ach. Khalilurrahman