spot_img
Categories:

Rukun Kematian Perekat Ukhuwah dan Lestarikan Gotong Royong

- Advertisement -

Dalam setiap tradisi kematian, terdapat sisi moralitas yang mengurangi kesedihan terhadap keluarga duka. Jika salah satu keluarga tertimpa musibah kematian, pihak keluarga duka tidak perkenankan mempersiapkan segala kebutuhan. Di dalam tradisi ini terdapat gotong royong yang dilakukan sanak famili, tetangga dan masyarakat setempat.

Keluarga duka tugasnya hanya menemui tamu. Sedangkan di belakang layar, banyak sanak famili, tetangga dan masyarakat membantu menyiapkan proses penguburan. Seperti menyiapkan pemandian jenazah, keranda, kain kafan, membuat kue, menggali kuburan, dan lain sebagainya.

Sisi positif dari tradisi ini adalah adanya interaksi dan komunikasi yang baik antarsesama. Bentuk kerjasama dan kehadirannya ke rumah duka bagian dari tanggung jawab atau kewajiban dari sekolomok sosial masyarakat.

- Advertisement -

Secara personal, famili, tetangga, sahabat, rekan sejawat, kolega dan siapa pun yang memiliki kedekatan akan berada di sampingnya. Entah sebelum ajal menjemput (mengelilingi di ranjang) atau pun saat jenazah di kebumikan.

Kematian orang dicintainya, tersimpan kenangan tentang segala hal yang dilakukannya sewaktu masih hidup. Terkadang, orang yang mengenal dekat sosok almarhum akan menceritakan segala kebaikan yang diperbuat samasa masih sehat. Semuanya tergantung pada amal baiknya. Jika pernah berbuat kesalahan, kadang pula diperbincangkan oleh masyarakat. Pada intinya, kebaikan dan keburukan tetap saja dibicarakan walaupun sudah ada di liang lahat.

Kesedihan akan diluapkan oleh sanak famili dengan cuti bekerja selama 7 hari sebagai bentuk persembahan terakhir. Bersama kerabat, tetangga dan masyarakat, bersama-sama mendoakan ahli kubur agar amal dan ibadahnya diterima di sisi-Nya.

Semua orang terdekat ikut bersedih. Bahkan kerabat yang ada di Jakarta, Kalimatan atau luar Madura akan pulang kampung untuk mengungkapkan bela sungkawa. Tak heran, saat 7 hari, 40 hari, 100 hari dan 1.000 hari kematian, mereka berkumpul bersama untuk mendoakan ahli kubur.

Selain mempererat ukhuwah antarsesama, peringatan Haul yang biasa digelar oleh Nahdliyin, terdapat makna yang tersembunyi, yakni jenazah di alam kubur megalami perubahan fisik. Dari sinilah masyarakat meyakini sebagai kontruksi kultural divisualisasikan sebagai proses perubahan untuk mencapai proses penyucian.

Dengan demikian, ikut berduka saat tetangga wafat, bagian dari koridor moral yang ditetapkan oleh agama. Karena setiap insan akan melakukan migrasi dari bumi menuju Allah.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

5
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...