spot_img
Categories:

Kiai Zainal Arifin Sosok Kiai Religius yang Nasionalis

- Advertisement -

Salah satu tokoh penting yang memiliki kontribusi terhadap perkembangan Islam di Madura, khususnya di Kabupaten Sumenep ialah Kiai Haji Zainal Arifin. Madura dengan segala persoalan dan dinamikanya mempunyai corak keberislaman yang barangkali berbeda dengan Jawa dan daerah lain di Indonesia.

Kiai Zainal menggarap ladang dakwah lewat jalur pendidikan dalam hal ini pondok pesantren sebagai episentrum pendidikan Islam. Potongan-potongan perjuangan sosok Kiai Zainal didokumentasikan dengan cermat dalam buku “Kiai Haji Zainal Arifin: Pejuang Santri dari Sumenep 1898-1953” yang ditulis Isqomar.

Sebagai seorang sarjana lulusan sejarah, Isqomar membawa kita ke zaman yang lampau, yang kaya akan peristiwa penting. Salah satu yang patut disorot dari buku ini adalah perjuangan Kiai Haji Zainal Arifin dalam mengadvokasi pendidikan dan agama di tengah-tengah masyarakat yang terbelakang pada saat itu. Isqomar memaparkan perjuangan Kiai Zainal dalam mendirikan pondok pesantren dan aktif dalam gerakan sosial kemasyarakatan.

- Advertisement -

Sejak awal, ketika berbicara Kiai Zainal, yang terlintas dalam pikiran kita adalah pola dakwah yang dikembangkan dalam dua aspek secara bersamaan, yaitu melawan penjajah sekaligus menguatkan optimisme masyarakat Sumenep untuk menyadari pentingnya pendidikan (hlm. vi). Pendidikan bagi Kiai Zainal bukan hanya tempat menumbuh kembangkan gagasan keilmuan. Lebih dari itu ialah wadah menanamkan nilai-nilai keislaman dan kebangsaan dalam mencintai agama dan negara. Nilai-nilai inilah yang terus dipupuk dalam membumikan dakwah Islam yang berwujud pondok pesantren.

Kiai Zainal lahir ketika Sumenep berada dalam kekuasaan pemerintah kolonial (hlm. 73). Jiwa nasionalisme terbangun sejak kecil. Maka, tidak heran bila Kiai Zainal mencoba untuk mendialogkan nilai-nilai keislaman pesantren, keislaman Sarekat Islam (SI), terutama dimensi ekonomi dengan keislaman Nahdlatul Ulama. Racikan perjuangan dan gerakan dakwah inilah yang kemudian menjadi karakter Islam Nusantara (hlm. xi).

Di Sumenep, pesantren sesungguhnya terbangun dari konstruksi kemasyarakatan dan epistemologi sosial masyarakat yang menciptakan suatu tendensi atas perjalanan historis sosial. Terlepas dari semua itu, sosok Kiai Zainal mampu menjembatani antara sikap religiusitas dan nasionalis.

Kiai Zainal mendirikan Pondok Pesantren Terate atas perintah dua gurunya, yaitu Kiai Imam dan Kiai Kholil Bangkalan. Melalui Pesantren Terate inilah Kiai Zainal berkomunikasi dan menyebarkan gagasan keagamaannya pada masyarakat (hlm. 83).

Berbicara Nahdlatul Ulama di Sumenep, tidak bisa melapas peran Kiai Zainal sebagai tokoh penting dalam pendirian NU Sumenep. Ia adalah arsitek organisasi yang memainkan peran dari belakang layar (hlm. 86). Yang pada akhirnya dieksekusi oleh Kiai Abi Sudjak. Selain itu, media dakwah Kiai Zainal juga melalui Tarekat Naqsyabandiyah yang dijadikan sebagai pondasi mental dan spiritual.

Selain menggambarkan perjuangan Kiai Haji Zainal Arifin, buku ini juga memberikan wawasan yang berharga tentang sejarah Islam di Sumenep dan bagaimana santri-santri pada masa itu berjuang untuk mempertahankan nilai-nilai agama dan melawan penjajah.

- Advertisement -

Buku yang lahir dari riset akademik bisa membawa kita menemukan nafas Kiai Haji Zainal Arifin sebagai tokoh yang luar biasa. Kiai Haji Zainal tampil memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan umat Islam di Sumenep pada masa kolonial. Penulis memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana Kiai Haji Zainal Arifin menjadi pemimpin yang dihormati dan menginspirasi banyak orang melalui ajaran dan perjuangannya yang gigih.

Buku ini menggambarkan betapa pentingnya peran Kiai Haji Zainal Arifin dalam pembentukan pendidikan agama dan penyebaran ilmu pengetahuan di masyarakat Sumenep. Perjuangan Kiai Zainal menjadi dasar komitmennya pada dakwah di bidang pendidikan, gerakan sosial-keagamaan di ranah tarekat, serta dalam aktivitas politik (hlm. 91).

Hampir setiap gerakan dakwah Kiai Zainal diejawantahkan dengan membela kepentingan orang-orang kecil di pedesaan. Hal ini bisa dibaca bahwa dakwah Kiai Zainal tidak hanya menjadikan pesantren sebagai ladang dakwah, salah satunya tarekat Nasyabandiyah.

Sebagai center of knowledge, dalam pendakian sosial, pesantren mengalami metamorfosis yang berakar dari pada konstruksi epistemologi dari variasi pemahaman di kalangan umat Islam. Di sinilah Kiai Zainal berdiri dengan kokoh. Pesantren Tereta di Sumenep menjadi awal mula perjuangan menumbuhkan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan masyarakat.

Hal yang menjadi titik penting ialah kenyataan eksistensi pesantren sebagai salah satu pemicu terwujudnya kohesi sosial. Keniscayaan ini karena pesantren hadir terbuka dengan semangat kesederhanaan, kekeluargaan, dan kepedulian sosial.

- Advertisement -

Membaca buku ini perlu bekal yang cukup. Jujur, dengan data sejarah mengenai Islam di Madura abad ke-20 awal, munculnya gerakan nasionalisme dari pesantren dan perjuangan kiai dalam melawan kolonial menjadikan buku ini layak menempati rak pengetahuan pembaca.

Terlepas dari bagaimana penulis buku menarasikan Kiai Zainal dalam bukunya, saya kira penting membaca Madura, dalam hal ini Sumenep sebagai daerah yang tidak hanya melahirkan sosok kiai dan santri yang kompeten di bidang agama, melainkan juga santri nasionalis.

Identitas Buku
Buku   :Kiai Haji Zainal Arifin: Pejuang Santri dari Sumenep (1898 – 1953)
Penulis  : Isqomar
Penerbit: Idea Pustaka
Tahun    : 2023
Halaman: 203 halaman
ISBN      : 978-602-6678-15-7.

*Moh Syaiful Bahri, Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...