Manusia hidup di dunia untuk beribadah, sebagaimana tertuang dalam Rukun Islam dan dijadikan gaya hidup sehari-hari. Shalat yang merupakan ibadah sangat super istimewa bagi umat Islam. Frekuensi dan intensitas pengalaman ibadah ini sangat tinggi dan berlangsung seumur hidup.
Dalam waktu setahun, sekurang-kurangnya ada 1.825 kali pelaksanaan shalat fardhu lima waktu, atau menurut hitungan sederhana, setara dengan 6.205 rakaat. Angka fantastis pengalaman ibadah shalat ini, sebab sebanding dengan manfaatnya yang sangat luar biasa. Bayangkan jika angka shalat fardhu tersebut ditambah jumlah shalat sunnah yang dilakukan selama kurun waktu tersebut. Boleh jadi bisa mencapai dua kali atau tiga kali lipat dari hasil perhitungan di atas.
Selain penyajiannya menggunakan bahasa yang mudah dipahami orang awam, buku ini dekat dengan kehidupan masa lalu hingga masa kini. Muhammad Furqan Al-Faruqiy menjelaskan, salah satu manfaat shalat adalah untuk meraih pertolongan Allah, kunci hidup sukses, terapi penyembuhan berbagai penyakit diri, dan penentu suksesnya hisab seluruh amal seseorang di akhirat.
Menurut kacamatanya, shalat adalah sarana dan media komunikasi utama manusia kepada Allah, atau dalam era digital, shalat sebagai gawai teknologi digital alam semesta dan sekaligus menjadi media koneksi internet ilahi. Jika dibandingkan dengan kecanggihan teknologi manusia, maka kedigdayaan ibadah shalat di atas segala kemajuan teknologi tersebut. Jika dianalogikan, teknologi manusia hanyalah sebutir pasir di tengah pada pasir seluas benua. Sebab big data milik Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu di seluruh jagad raya dan seisinya, dilengkapi dengan kecepatan akses dan pemrosesan data yang tidak mungkin dilampaui oleh satupun makhluk-Nya.
Pada Bab I, praktik gerakan sujud dengan cara menundukkan kepala serendah-rendahnya hingga dahi menyentuh tanah atau permukaan bumi sangat menarik dikaji secara mendalam, sebab tubuh yang paling berharga adalah kepala. Kepala adalah simbol kehidupan, kecerdasan, keindahan, identitas, kebanggaan, kekuasaan, kemuliaan, dan harga diri. Ketika bagian tubuh berharga ditundukkan serendah-rendahnya untuk menyembah-Nya, pada saat itu tersingkaplah jarak pemisah seorang hamba dengan Allah SWT.
Hasil penelitian membuktikan, shalat menjadi alternatif solusi nonfisik bagi kesehatan manusia, selain yang sudah dikenal secara umum seperti konseling psikologis, meditasi, yoga dan lainnya, gerakan shalat memiliki efek terapis kesehatan bagi pengamalnya. Misalnya, manusia tercegah dari resiko penyimpangan/maksiat. Sebab gizi/nutrisi dan suplemen membangun dan menjaga sistem imunitas dirinya secara kontinu (hlm. 31).
Salah poin penting dalam buku ini adalah semua manfaat dari shalat tidak akan pernah diperoleh tanpa surat Al-Fatihah. Karena surat pembuka itu menjadi prosesor utama yang menentukan kerja seluruh sistem shalat. Bacaan Al-Fatihah pada hakikatnya adalah komunikasi langsung dua arah atau dialog agung seorang hamba dengan Allah SWT. Al-Fatihah bagikan prosesor utama yang menjadi otak pengendali dan pengatur utama. Jadi kualitas ibadah shalat dan efek manfaatnya sangat ditentukan oleh kualitas komponen utama ini.
Oleh karenanya, penulis mengingatkan pada pembaca agar kualitas pelafalan bacaan surah Al-Fatihah benar-benar diperhatikan. Dasar pertimbangannya, karena surah Al-Fatihah harus dilafalkan dengan alat artikulasi bahasa manusia, yakni dibacakan dengan bibir, gigi, rongga mulut, lisan/lidah, hingga tenggorokan. Pelafalannya disesuaikan dengan fiqih shalat, yakni ada yang dibaca dengan berbisik (sir) atau dengan suara keras (jahar, dapat didengar orang lain), baik itu yang dilakukan oleh imam, makmum, atau saat tidak berjamaah (shalat sendiri).
Identitas Buku
Judul: Tiada Shalat Tanpa AL-Fatihah, Urgensi Membaca Al-Fatihah dalam Shalat
Penulis: Muhammad Furqan Al-Faruqiy
Editor: Agus Salim Chamidi
Cetak: Juli 2021
Tebal: 154
ISBN: 978-623-97431-0-9
Peresensi: Firdausi, Ketua Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTN NU) Sumenep