Kota, NU Online Sumenep
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT) merupakan alternatif dan antitesis dari sistem, lembaga dan paradigma pendidikan formal yang ada.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kiai Zamzami Sabiq Hamid saat menjadi narasumber di acara bedah buku Pendidikan yang Memerdekakan, karya Ahmad Bahruddin dkk, Sabtu (05/11/2022) di aula Kementerian Agama (Kemenag) Sumenep. Acara ini diinisiasi oleh Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Sumenep.
Disebutkan, pada buku tersebut, ada 2 bab penting tentang keistimewaan KBQT, yakni prinsip belajar dan praktik belajar. Di dalam prinsip belajar ada pembebasan, kontekstual, kegembiraan dan kolaborasi.
“Dalam prinsip kebebasan, kurikulum KBQT berbeda dengan kurikulum nasional. Jika kurikulum nasional siswa sebagai objek pengajaran. Sedangkan KBQT siswa sebagai subjek yang aktif berpikir dan diberi ruang penuh agar siswa mampu membaca dan menangkap kehidupan,” terangnya.
Secara kontekstual, lanjutnya, proses pembelajaran dalam KBQT memiliki relevansi dan kontekstual terhadap lingkungan. Sebagaimana dijelaskan dalam halaman 39 bahwa keberhasilan seorang siswa atau sebuah institusi pendidikan seharusnya diukur dengan seberapa besar dampak yang bisa ia sumbangsihkan bagi komunitasnya, bagi lingkungannya.
“Dalam prinsip kegembiraan, KBQT lembaga pendidikan berbasis kegembiraan dan setiap anak belajar sesuai minat dan kemampuan masing-masing. Untuk prinsip kolaborasi, terdapat kolaborasi antara stakeholder yang menjadi ujung tombak dan mampu membuat KBQT bergerak dengan kekhasan dan keunikannya,” paparnya.
Sekretaris Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep itu menjelaskan keistimewaan KBQT dalam praktik belajar. Di dalamnya terdapat, pengenalan lingkungan belajar, musyawarah agenda semester, belajar bersama pendamping, sarana belajar yang paling mewah, menulis dan mendiskusikan ide, serta upacara tanpa baris berbaris.
Tak hanya itu, ada pula workshop segala rupa, olahraga riang gembira, mengasah bakat di forum minat, berbagi wawasan melalui tawashi, gelar karya bulanan, studi kunjung tak sekedar plesir, bedah karya akhir semester, pameran karya akhir semester, ujian nasional semaunya, dan magang.
“Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia untuk mengaktualkan berbagai potensi sehingga menjadi manusia sejati. Manusia yang sejahtera dan berbahagia,” tandasnya.