spot_img

Ikhtiar Bersama Bangun Bangsa, Buku NU dan Muhammadiyah Diluncurkan

- Advertisement -

Kota, NU Online Sumenep
Buku Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) Berkhidmat Bersama Memajukan Indonesia dicetak agar perbedaan bisa diterima oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan lainnya. Mestinya, perbedaan itu harus tidak terasa dan berganti menjadi kekuatan bersama dalam membangun bangsa lebih baik.

Pernyataan ini disampaikan oleh Firdausi, Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Sumenep saat menjadi narasumber di acara Seminar Nasional Pendidikan dan peluncuran buku Muhammadiyah dan NU di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sumenep, Ahad (26/11/2022) kemarin.

Secara historis, ia menegaskan bahwa letak kesamaan Muhammadiyah dan NU ada pada masa penjajahan. Karena keduanya bersama-sama mengusir dan melakukan perlawanan secara fisik pada penjajah.

- Advertisement -

“Jika KH Abdul Wahab Chasbullah mendirikan Nahdlatut Wathan, Nahdlatut Tujjar, Taswirul Afkar, dan mengenalkan Mars Syubbanul Wathan pada warga. Kiai Mas Mansur mendirikan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI),” ujarnya saat dikonfirmasi NU Online Sumenep, Senin (28/11/2022).

Lebih lanjut, KH Ahmad Dahlan dan Hasratussyekh KH M Hasyim Asy’ari menggunakan model kepemimpinan transformatif yang menggerakkan dari bawah ke atas, seperti halnya Rasulullah Saw memulai dakwahnya saat di Makkah.

“Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan jamiyah diniyah wal ijtimaiyah atas restu Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dan mendirikan pesantren Tebuireng di tempat yang penuh dengan begal. Sedangkan Kiai Darwis berdakwah di perkotaan, tepatnya di Yogyakarta yang di dominasi oleh keluarga keraton dan kaum priyayi,” paparnya.

Tak hanya itu, secara sanad keilmuan, kedua tokoh itu sama-sama berguru pada KH Shaleh Darat Semarang, Sykeh Nawawi Al-Bantani dan Syekh Khatib Al-Minagkabawi. Bahkan keduanya sama-sama tamatan Hijaz di kala itu.

Secara nasab, Kiai Darwis silsilahnya tembus ke Sunan Gresik. Sedangkan Kiai Hasyim Asy’ari turunan Sunan Giri. Artinya, kedua muassis ini sama-sama keturunan walisongo.

“Tak ada pertentangan dalam persoalan khilafiyah. Kedua Ormas ini sama-sama menghargai perbedaan dari ragam ijtihad para ulama,” tuturnya.

- Advertisement -

Firdaus memeberikan contoh, Kiai Hasyim Asy’ari dan KH Faqih Maskumambang pernah bertentangan soal pemakaian bedug dan kentongan sebagai tanda waktu shalat fardhu.

“Saat Mbah Hasyim pergi ke Gresik, Kiai Maskumambang memerintahkan pada santri dan masyarakat untuk mempacking bedug dan kentongan. Sebaliknya, saat Maskumambang ke Tebuireng, Mbah Hasyim menginstruksikan agar bedug dan kentongan ada di masjid ataupun surau. Hal yang tampak lagi, saat kiai NU shalat subuh di masjid Muhammadiyah, kiai tidak qunut. Sama halnya dengan kiai Muhammadiyah, ikut qunut saat shalat berjamaah di masjid NU,” terangnya.

Masih banyak lagi contoh di lapangan, seperti warga Muhammadiyah ikut tahlil saat tetangganya tiada. Menurutnya, ini bukti bahwa perbedaan bisa diterima di kalangan masyarakat hingga saat ini.

“Kini dakwah NU sudah merambah ke perkotaan sedangkan Muhammadiyah juga sampai ke pedesaan. Keduanya sama-sama menggunakan kekuatan kultur, sehingga pencak silat, kopiah, sarung, tari, sastra, dan sebagainya tetap dilestarikan. Termasuk memberikan layanan kesehatan, bantuan hukum, mendirikan lembaga pendidikan, mengembangkan sektor perekonomian dan pertanian,” tandasnya.

Editor : A. Habiburrahman

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...