Pragaan, NU Online Sumenep
Masyayikh Pondok Pesantren Al-Muqri Karang Kapoh Prenduan, KH Muhammad Irfan Umar menegaskan, orang yang membawa cahaya ke pekarangan rumah dan desa adalah orang yang berilmu. Karenanya menuntut ilmu tidak mengenal batasan usia, siapapun bisa melakukannya. Bila dikerjakannya, maka derajatnya akan terangkat.
Dalam ceramahnya, ia mengajak kepada jamaah pengajian Maulid Nabi Muhammad Saw, ia mendorong warga untuk memondokkan anaknya ke pesantren agar keberkahan datang ke rumahnya. Sedangkan rezeki orang tuanya, akan bertambah selama anaknya menuntut ilmu di pesantren.
“Saat santri kalong berangkat ke madrasah, Allah akan memberinya ganjaran. Saat mereka pulang, mereka mendapatkan ilmu. Namun di tengah perjalanan, kadang ilmunya hilang saat melihat maksiat. Begitu pula, saat seorang wali santri asal Karduluk yang berprofesi penjual kerupuk merasa kesulitan mengirim anaknya di pesantren. Lambat laun 1 sampai 4 tahun kemudian, dagangannya selalu ludes terjual,” curahnya saat mengingat dawuh almaghfurlah KH Muhammad Hariri Rois.
Nabi memencarkan cahaya
Kiai Irfan mengimbau agar peringatan maulid nabi tidak hanya meriah saat Molot Agung (Red Madura) atau bertepat pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kapan pun umat nabi bisa merayakan kelahirannya di luar bulan maulid. Karena kelahiran nabi tetap agung.
“Hadiri peringatan maulid nabi ketika kita tidak ada udzur. Karena hakikatnya kita diundang nabi,” ujarnya di acara peringatan maulid nabi yang dihelat oleh takmir masjid Al-Barakah Dusun Maronggi Laok, Desa Pragaan Laok, Pragaan, Selasa (26/09/2023) malam.
Pujian yang ada di dalam Barzanji menyatakan bahwa nabi di atas segala cahaya. Ia menegaskan bahwa itu benar-benar nyata. Diceritkan, suatu malam Sayyidah Aisyah Ra sedang menjahit, tiba-tiba jarumnya jatuh. Berhubung di masa lalu tidak ada penerangan, Aisyah kesulitan mencari jarum tersebut. Ketika nabi masuk ke dalam kamar, jarum yang ada di lantai ditemukan, karena nabi memancarkan cahaya.
“Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau seperti cahaya di atasnya cahaya,” ucap pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Ganding ini saat membaca Barzanji.
Dilanjutkan, saat air keringat nabi jatuh ke tanah, tak lama kemudian tumbuhlah bunga mawar. Walaupun nabi tidak memakai minyak wangi, nabi tetap harum. Bahkan selama 4 hari bau harum tidak hilang setelah berkunjung ke rumah sahabat.
Di kala nabi membesuk sahabat yang sedang sakit, lanjutnya, sahabat merasa sembuh saat dirawuhi orang yang dicintainya. Walaupun penyakitnya masih ada di dalam tubuhnya, sahabat terbangun dari tidurnya, seakan-akan tidak sakit.
“Orang yang yang membaca shalawat akan dirawuhi nabi. Ketika mahallul qiyam, pejamkan mata sambil mengucapkan di dalam hati. Ya Rasulullah, saya rindu ingin berjumpa denganmu. Ya Rasulullah, akui saya sebagai umatmu. Ya Rasulullah, saya mohon syafaatmu,” sitir dawuh KHR As’ad Syamsul Arifin.