spot_img

Ayo Berkarya di Internet, Begini Penjelasan Kiai Mushthafa

- Advertisement -

Guluk-Guluk, NU Online Sumenep

Dunia internet, khususnya media sosial bisa menjadi ruang publik. Artinya tempat individu dalam suatu masyarakat untuk menyampaikan gagasan dan aspirasinya.

Demikian penjelasan Kiai M Mushthafa saat mengisi acara seminar literasi kemerdekaan dengan tema “Merdeka dan Jaya dengan Karya” yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Madrasah Aliyah (MA) 1 Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Selasa (30/08/2022) di Ruang Kelas XII IPA MA 1 Annuqayah.

- Advertisement -

“Salah satu contohnya, kalau dulu kita mau bicara tentang pembangunan di Sumenep, melakukan kritik, memberikan masukan kepada siapapun itu sulit. Kini dengan adanya internet mudah menyampaikan aspirasinya. Jadi, internet dan media sosial telah membuka suatu ruang publik yang luas,” jelasnya.

Menurutnya, yang terjadi saat ini internet dan Medsos bukan lagi menjadi ruang publik, melainkan menjadi sarana untuk menampakkan pribadi seseorang dengan hal-hal yang bersifat privat.

“Saat ini seolah-olah merasa bebas di Medsos, padahal tidak. Karena semua orang itu diawasi agar bisa ditundukkan oleh penguasa. Hal ini juga berimbas pada cara kerja internet yang juga memiliki fungsi untuk merekam dan mengawasi gerak-gerik manusia melalui handphone yang di dalamnya ada platfrom Google,” ujarnya.

Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Karang Jati ini juga menyatakan, kemerdekaan pertama yang perlu diperjuangkan adalah kemerdekaan dari cara kerja internet yang sedemikian rupa membuat seseorang terkungkung dalam dunia yang sempit. Sehingga terus dipenuhi dengan suatu informasi yang sesuai dengan pengguna platform. Dari sinilah seseorang tidak bisa melihat kekayaan pandangan yang bermacam-macam itu.

Alumni MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk ini menambahkan, internet membuat seseorang dapat berpikir dangkal dan tidak berpikir secara mendalam. Hal itu terbukti dengan cepatnya menerima informasi tapi tidak mendalam dan itu berimbas kepada ketidak fokusan seseorang.

“Terutama generasi muda saat ini sudah tidak fokus. Kalau dulu kami membaca buku setengah jam itu kuat, kalau sekarang baca buku setengah jam itu sudah tidak karuan. Karena saat ini sudah terganggu dengan handphone yang di dalamnya ada WhatsApp, Instagram, Google, dan lainnya. Sehinga hal itu membuat cara berpikir kita dangkal,” ungkap Kiai Mushthafa.

- Advertisement -

Tak hanya itu, saat ini orang-orang yang menulis berita di media itu dengan cara yang singkat. “Saat kami duduk di bangku perkuliahan tahun 2000, berita itu bisa panjang. Tapi sekarang tidak ada orang yang tahan dengan membaca berita yang panjang, keburu membuka aplikasi yang lain,” tegasnya.

Menurutnya, sangat penting untuk mendidik generasi saat ini bisa mengantisipasi hal-hal buruk terhadap penjajahan-penjajahan model baru dari dunia internet itu.

“Kami dan teman-teman berpikir bahwa bagaimana dengan anak-anak yang sejak kecil sudah main YouTube, WhatsApp, Instagram, Google, dan lainnya. Kami percaya bahwa mereka yang mempunyai ketekunan membaca yang baik, maka itu salah satu dasar yang kuat untuk menjadi benteng pertahanan dari bentuk penjajahan ini. Kami sudah mengajarkan kepada anak-anak bagaimana bisa bertahan lama untuk membaca dalam rangka melatih kefokusan,” tambahnya.

Penting juga menguatkan semangat literasi kepada siswa bukan hanya bertujuan meningkatkan wawasan saja, tetapi bagaimana membentuk karakter yang sabar dalam hal belajar.

“Salah satu kutamaan membaca ini, bagaimana mendidik anak agar bisa memiliki karakter disiplin dan ketekunan dalam memikirkan sesuatu. Dari itu, mereka bisa terdorong untuk melatih berpikir reflektif,” urainya.

- Advertisement -

Baginya, kemampuan membaca dan menulis ini akan memberikan bekal untuk kemampuan berpikir secara fokus dan berpikir reflektif. Kemampuan seperti ini sudah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada para Nabi, Rasul, dan Wali.

Sementara itu, KH A Farid Hasan selaku Kepala MA 1 Annuqayah Guluk-Guluk menuturkan, kegiatan semarak lomba literasi kemerdekaan itu ngampong semangat kemerdekaan untuk menghormati jasa-jasa para pahlawan bangsa.

“KH Abdullah Sajjad adalah Pahlawan Nasional dari lingkungan Pondok Pesantren Annuqayah yang rela berjuang untuk bangsa Indonesia,” ujar Pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Al-Hasan Guluk-Guluk itu.

Dalam pandangannya, dengan berkarya dapat memanjangkan umur. Artinya walaupun penulisnya sudah tiada, karyanya akan tetap dibaca dan dikenang oleh masyarakat luas selama karya itu masih ada.

“Ke depannya siswa MA 1 Annuqayah senantiasa terus berkarya walaupun dalam wujud yang sangat sederhana, misalnya hanya berupa kumpulan tulisan hadits-hadits,” tandasnya.

Di kesempatan yang sama, Mudda’i selaku Ketua Panitia menegaskan, lomba literasi kemerdekaan ini adalah salah satu rangkaian kegiatan perpustakaan.

Disebutkan, jenis lombanya ada KTI, menulis resensi, cerpen, dan berita. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa MA 1 Annuqayah dengan 3 prinsip pokok, yaitu Enlightenment (mencerahkan), Enrichment (memperkaya wawasan), dan Empowerment (memberdayakan).

Berdasarkan data, indeks kemampuan literasi masyarakat Indonesia masih rendah. Survei Program for Internasional Student Assesment (PISA) tahun 2019, Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70 negara.

“Kami berharap kegiatan ini bisa meningkatkan kemampuan literasi. Tidak cukup calistung saja, tetapi juga bisa berkembang pada kemampuan literasi lainnya, seperti literasi sains, budaya, teknologi dan bahkan literasi finansial. Hal itu tentu perlu diiringi dengan pengembangan beberapa dimensi literasi yaitu kecakapan literasi/kemampuan membaca, akses sumber daya literasi, alternatif sumber daya literasi, dan meningkatkan kesadaran literasi,” pungkasnya.

Editor : Firdausi

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

5
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...