spot_img
Categories:

Zakat Fitrah Dengan Uang Tunai, Sahkah?

- Advertisement -
Kiai Muhammad Bahrul Widad (Foto: Dokumentasi)

Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan, Longos, Gapura, Sumenep.


Assalamual’aikum warahmatullahi wa barakatuh

Saya Adam, dari Lenteng Timur. Sebagaimana lumrah diketahui, bahwa zakat fitrah harus berupa makanan pokok. Namun saat ini sudah maklum yang lebih dibutuhkan adalah uang, karena makanan pokok yang berupa beras, jagung dll hampir semuanya sudah tercukupi.

Pertanyaan:

  1. Bagaimana berzakat fitrah dengan menggunakan uang tunai seharga makanan pokok?
  2. Apabila tidak boleh, bagaimana kalau pernah berzakat dengan uang seharga makanan pokok?

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Saudara Adam yang terhormat;

Zakat fitrah difardlukan pada tahun kedua Hijriyah dua hari sebelum hari raya. Yaitu zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim yang menututi akhir romadlan dan awal syawal.

Setiap orang Islam wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang wajib dinafaqohi, bila memiliki kelebihan sandang, pangan dan papan untuk dirinya dan orang yang wajib dinafaqohi pada siang hari raya dan malamnya. Boleh dibagikan sendiri atau dengan mewakilkan pada orang lain.

Zakat fitrah bisa dibayarkan sejak awal Ramadhan sampai terbenamnya matahari 1 syawal. Akan tetapi yang paling afdlal adalah pada 1 syawal sebelum shalat ‘id.

Ketentuan zakat fitrah tersebut didasarkan pada hadist Rasulullah SAW:

فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعاً مِنْ تَمَرٍ، أوْصَاعاً مِنْ شَعِيْرٍ، عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ، وَالذَّكَرِ وَالأُنْثَى، وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَأمَرَ بِهَا أنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إلى الصَّلَاةِ

 

Artinya : “Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat Fitrah sebanyak satu sha’ kurma atau gandum atas orang muslim baik budak dan orang biasa, laki-laki dan wamita, anak-anak dan orang dewasa, beliau memberitahukan membayar zakat Fitrah sebelum berangkat (ke masjid) ‘Idul Fitri” (HR Bukhari dan Muslim)

Berkaitan dengan pokok pertanyaan saudara, bahwa membayar zakat fitrah dengan uang dalam madzhab Syafi’ie itu tidak boleh dan tidak mencukupi sebagai zakat fitrah. hal ini bisa dilihat pada dalil di bawah ini:

( مسألة ) لا تجزئ القيمة في الفطرة عندنا . وبه قال مالك وأحمد وابن المنذر . وقال أبو حنيفة يجوز حكاه ابن المنذر عن الحسن البصري وعمر بن عبد العزيز والثوري قال وقال إسحاق وأبو ثور لا تجزئ إلا عند الضرورة اهـ المجموع شرح المهذب (الشافعية) الجزء السادس ص: 113

 

Namun menurut Hanafiyah boleh mengeluarkan zakat fitrah dengan bentuk uang. Karena inti dari zakat adalah memenuhi kebutuhan orang faqir.

وقال اصحابنا يجوز دفع القيمة فى الزكاة والكفارة وصدقة الفطر والعشر والخراج والنذر لان الامر بالاداء الى الفقير ايجاب للرزق الموعود فصار كالجزية بخلاف الهدايا والضحايا فإن المستحق فيه إراقة الدم وهي لا تعقل و وجه القربة فى المتنازع فيه سد خلة المحتاج وهو معقول اهـ، اتحاف السادات المتقين (الحنفية) ج 4 ص 94

 

Sedangkan mengenai kadar uang yang dikeluarkan adalah disesuaikan nilai/harga bahan-bahan makanan yang manshush (disebutkan secara eksplisit dalam hadis) sebagai zakat fitrah, yakni :
1 sha’ tamr (kurma); atau
1 sha’ gandung sya’ir; atau
½ sha’ zabib (anggur); atau
½ sha’ gandung bur.

Kalau dikonversi kepada bahan-bahan pokok di Indonesia maka 1 sha’ yaitu 2.176 gram atau 2,2 Kg beras atau makanan pokok. Dalam prakteknya jumlah ini digenapkan menjadi 2,5 Kg, karena untuk kehati-hatian. Hal ini dianggap baik oleh para ulama.

Jadi yang perlu diperhatikan, bahwa nominal uang yang dikerluarkan bukan sebesar harga makanan pokok, namun sejumlah harga bahan-bahan makanan yang manshush sebagaimana di atas.

الموسوعة الفقهية الجزء الثالث والعشرون ص: 243
( نوع الواجب ) : 12 – ذهب الحنفية إلى أنه يجزئ إخراج زكاة الفطر القيمة من النقود وهو الأفضل أو العروض لكن إن أخرج من البر أو دقيقه أو سويقه أجزأه نصف صاع وإن أخرج من الشعير أو التمر أو الزبيب فصاع لما روى ابن عمر رضي الله تعالى عنهما قال “كان الناس يخرجون على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم صاعا من شعير أو تمر أو سلت أو زبيب” قال ابن عمر فلما كان عمر وكثرت الحنطة جعل عمر نصف صاع حنطة مكان صاع من تلك الأشياء . ثم قال الحنفية : ما سوى هذه الأشياء الأربعة المنصوص عليها من الحبوب كالعدس والأرز أو غير الحبوب كاللبن والجبن واللحم والعروض فتعتبر قيمته بقيمة الأشياء المنصوص عليها فإذا أراد المتصدق أن يخرج صدقة الفطر من العدس مثلا فيقوم نصف صاع من بر فإذا كانت قيمة نصف الصاع ثمانية قروش مثلا أخرج من العدس ما قيمته ثمانية قروش مثلا ومن الأرز واللبن والجبن وغير ذلك من الأشياء التي لم ينص عليها الشارع يخرج من العدس ما يعادل قيمته.

 

Wallahu A’lam




Lensa Fikih merupakan rubrik untuk menjawab persoalan fikih yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Redaksi menerima kiriman pertanyaan seputar Fikih. Baik Fikih Ibadah, Munakahah, Mu’amalah dan lain-lain. Pertanyaan bisa dikirimkan melalui email ke alamat: [email protected], atau melalui kontak WA redaksi ke nomor: 081703618172

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Fahri Farghiz
Fahri Farghiz
Hanya manusia biasa yang ingin selalu belajar. Tidak ada yang istimewa.
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...