spot_img
Categories:

Pram, Lahir dari Keluarga NU, Tumbuh Jadi Sastrawan Fenomenal

- Advertisement -

Siapa yang tidak mengenal Pramoedya Ananta Toer? Seorang penulis kelahiran Blora yang menggelorakan suara-suara perlawanan dari balik penjara, dan hampir meraih penghargaan Nobel dunia. Pram, sapaan akrabnya, merupakan sosok penulis besar yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dalam penjara dan berbagai jenis tahanan. Dari tahanan sel, tahanan rumah, dan tahanan kota telah dialami oleh Pram dalam kisah dan perjuangan hidupnya menjadi seorang penulis terkenal. Buku dan penjara adalah dua hal yang tidak bisa dilepaskan dari sosok Pramoedya Ananta Toer.

Buku ini menceritakan sekelumit kisah inpiratif menjadi sosok penulis yang tangguh di tengah guncangan konflik. Pram telah menjadi sosok pemberani yang menyuarakan karya-karya kritis, subversive terhadap rezim kekuasaan, yang hingga kini, karya-karya tersebut dibaca oleh kaum intelektual, aktivis, mahasiswa dan penyair. Pram telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41 bahasa asing (hal. 14)

Pram lahir ketika gerakan revolusi dan nasionalisme mulai menggeliat bukan hanya di Indonesia melainkan di Asia pada tahun 1925. Menurut penjelasan dalam buku ini bahwa dalam membangun nasionalismenya bangsa pribumi tidak lagi bermodalkan senjata maupun agama, melainkan pena dan kata kata. Periode inilah yang oleh Pram disebut sebagai “babak baru” bagi pribumi. Sebuah tahapan sejarah bagi pribumi untuk membangun sebuah nation yang hanya bermodalkan pena. Sebaliknya pembentukan nation di Eropa selalu menggunakan pedang dan darah (hal. 31).

- Advertisement -

Pramoedya Ananta Toer lahir menjadi seorang penulis fenomenal dengan beragam karya monumentalnya tentu melalui mental didikan keluarganya. Ayahnya yang bernama Mastoer, sebelum berpaling ke PNI-nya Bung Karno, merupakan tokoh sekaligus pendiri NU Blora. Selain dikenal sebagai seorang guru, Mastoer juga dikenal sebagai seorang politisi dan aktivis NU. Ia pernah menjadi pendiri NU di Blora pada tahun 1926 tetapi kemudian mendirikan PNI pada 1933 setelah bertemu dengan Bung Karno. Ayah Pram turut andil dalam memprakarsai berdirinya NU di tingkat daerah tetapi kemudian mendapatkan tuduhan dari para tetangganya sebagai orang yang tidak mempunyai pendirian (nempel sana, nempel sini ). Tetapi, ia menjadi seorang pejuang yang bergerilya melawan agresi Belanda kedua tahun 1949 (hal. 37).

Sementara itu, Ibu Pramoedya Ananta Toer, Siti Saidah atau Siti Khadariyah merupakan putri seorang penghulu di Kabupaten Rembang yang bernama Haji Ibrahim dari istri selirnya Satimah. Saidah dididik dari keluarga santri yang ada di Rembang Jawa Tengah. Ia dididik dalam kultur santri tradisional pesisiran yang sangat kuat (hal. 17). Oleh sebab itu, Saidah dikenal sebagai sosok yang tabah dan sabar. Saidah terpaksa banting tulang untuk menafkahi anak-anaknya. Berbagai pekerjaan dijalani oleh Saidah untuk membantu suaminya mendapatkan nafkah. Bukan hanya jualan nasi dan beras tetapi juga menjual kayu bakar, menggembala lembu dan sejenisnya.

Dari dua sosok orang tuanya, Pram diasuh oleh ibunya dengan penuh kasih sayang. Pram dididik supaya tidak malu bekerja keras meski pekerjaan dipandang remeh oleh masyarakat umum. Pram juga dididik agar tidak terpengaruh oleh arus budaya masyarakat sekitarnya yang berorientasi ningrat atau priyayi. Karena budaya priyayi dan ningrat ini muncul karena mengakarnya sistem feodalisme ketika itu (hal. 21). Karenanya, inpirasi terbesar Pram dalam karya sastra yang dilahirkannya ini terinpirasi dari sosok ibunya yang tangguh. Apa yang ditulis oleh Pram merupakan pancaran dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh ibunya. Spirit dan etos kreatifitas Pram merupakan refleksi dari nilai-nilai luhur yang dipraktikkan ibunya tersebut. Sebab itulah, sejak kecil Pram lebih memilih bergaul dengan anak-anak petani dan bahkan dengan anak-anak buruh tani, yang merupakan representasi dari rakyat jelata.

Sosok fenomenal Pramoedya Ananta Toer ini kini menjadi kenangan yang tidak akan pernah dilupakan bagi bangsa Indonesia. Pram tidak pernah main dalam urusan menulis karena menulis bukan hanya untuk meluapkan hasrat pribadi, melainkan juga untuk mengisi dan mengembangkan kehidupan. Sebab, menulis adalah bagian penting dari proses kebudayaan. Penjara tidak menyurutkan Pram untuk terus menulis. Bagi Pram, menulis adalah panggilan hidup dan tugas pribadi juga nasional. Meski banyak karang menghadang dalam proses kreatifnya selama menulis, Pram tidak menyerah. Ia tetap menulis meski dihalang-halangi, dipersulit, diteror, dan bahkan hingga karya-karyanya dibakar oleh Soeharto beserta antek-anteknya (hal. 152)

Membaca buku ini seakan membuka  cakrawala pengetahuan tentang sosok Pramoedya Ananta Toer dalam perjuangan hidup dan pemikirannya. Di dalamnya juga dilengkapi dengan pandangan-pandangan terhadap budaya kolonialisme, imprealisme, dan kapitalisme yang masih membelit rakyat hingga kini. Dengan membaca buku ini, bisa membuka wawasan baru yang inspiratif terhadap peristiwa-peristiwa kekejaman yang terjadi pada masa lalu terhadap bangsa Indonesia sehingga menjadi refleksi perlawanan dalam bentuk lainnya. Wallahu a’lam.


Judul : Pramoedya Ananta Toer (Catatan dari Balik Penjara)
Penulis : Muhammad Muhibbudin
Penerbit : Araska Publisher
Cetakan : Agustus, 2019
Tebal : 288 halaman
ISBN : 978-623-7145-21-9

- Advertisement -

*Abdul Warits, Penulis lepas, lahir di Grujugan Gapura Sumenep Madura, Mahasiswa Pascasarjana Studi Pendidikan Kepesantrenan, Instika,Guluk-Guluk Sumenep Madura.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...