spot_img
Categories:

Ibu Kita Adalah ‘Ibu Negara’

- Advertisement -

Kasih ibu kepada Beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang Surya menyinari dunia.

Sengaja tulisan ini dibuka dengan bait lagu ciptaan Bapak SM Mochtar, yang fenomenal menghiasi masa kecil setiap anak-anak di Indonesia. Lagu unik yang menggambarkan tentang ketabahan seorang ibu dalam melakukan kebaikan tanpa mengharapkan timbal balik. Konotasi ‘Kebaikan’ disini cukup menarik diulas sebab sifatnya yang kontinu dan terus dilakukan sampai akhir hayat si Ibu.

Namun pembahasan ini akan terasa sempit jika ‘kasih ibu’ hanya dilihat dari bait lagu sebab perannya yang sangat kompleks dimanapun ia berada baik itu di ranah publik atau domestik, maka dari itu mengamini peran ibu sebagai pemegang kendali terhadap lahirnya generasi terbaik bagi bangsa terasa wajib hukumnya.

Memperingati hari ibu, apakah penting?

Peringatan hari Ibu setiap tanggal 22 Desember tidak lepas dari nilai-nilai sejarah yang mengiringinya. Semua orang tau latar belakang ditetapkannya peringatan tersebut adalah untuk menghormati peran-peran perempuan, baik mereka yang ikut berperang melawan penjajahan ataupun perempuan-perempuan revolusioner pasca kemerdekaan yang ikut aktif pada beberapa organisasi.

Hal ini juga berdasarkan peristiwa penting Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928  di Yogyakarta yang  dianggap sebagai tonggak sejarah kebangkitan perempuan Indonesia.

Dari sini kita memahami bahwa ruang gerak perempuan semakin mendapat dukungan formal sejak saat itu meskipun pada hakikatnya bagi beberapa pejuang tangguh seperti Cut Nyak Dhien dan perempuan pembaharu lainnya yang sudah terpatri jiwa feminisme, gerakan dan pemikiran visioner tidak perlu legitimasi oleh siapapun.

Dalam budaya patriarki, kewajiban perempuan sebagai orang yang mengurus rumah tangga dan keluarga semuanya dilimpahkan dalam satu profesi mulia bernama ‘Ibu’. Bahkan adagium paling kuno dalam masyarakat yang masih melekat sampai kini adalah kiprah perempuan ‘di dapur, di sumur dan di kasur’ sebagai gambaran betapa terbatasnya ruang gerak perempuan pasca dia beralih profesi setelah melepas masa lajangnya.

Bahkan dahulu, di Indonesia secara khusus, marginalisasi peran perempuan tetap tidak mengalami pergeseran meskipun di dunia barat dan timur ramai orang membicarakan gerakan emansipasi wanita sejak abad ke – 19. Kungkungan norma dan kondisi lingkungan yang kurang memihak terhadap perempuan memaksa mereka untuk menjadikan rumah sebagai tempat paling aman menjalani sisa hidupnya.

Suatu hal yang patut disyukuri ketika para pembaharu berhasil mendobrak keterbatasan tersebut, sehingga hari ini perempuan dapat berkiprah dimanapun dan mendapatkan kesempatan yang sama dalam menjalankan hak dan kewajiban sosialnya. Inilah kemudian mengapa Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 menjadi peristiwa penting untuk dikenang dan diperingati sebagai hari Ibu sebab semua perempuan adalah calon ibu masa depan, dukungan moral dan support sesama perempuan tentu diperlukan sebagai dorongan  kesadaran dan semangat kesetaraan untuk berkontribusi membangun bangsa.

Ibu Peradaban

Pendidikan bagi perempuan menjadi suatu hal yang wajib dipenuhi sebab pengetahuan yang luas merupakan salah satu cara menaikkan derajat dan penentu kualitas mereka.

Dilansir dari website resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Ibu Bintang Puspayoga selaku Mentri PPPA menuturkan  “Sekarang, perempuan dapat sekolah, dapat berpendapat di ruang domestik maupun publik dan dapat menjadi pemimpin dalam berbagai sektor, meskipun kesetaraan yang diimpikan hingga saat ini belum sepenuhnya tercapai. Hal ini masih merefleksikan belum maksimalnya peran aktif perempuan dalam dunia politik, pengambilan keputusan dan ekonomi. Untuk itu, perjuangan kita untuk meraih kesetaraan belum usai. Kartini-kartini masa kini masih dibutuhkan untuk masa depan yang semakin baik bagi semua”

Keterlibatan perempuan menjadi syarat mutlak dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan, telah terbukti bahwasanya keberadaan perempuan Indonesia turut berkontribusi dan memberikan peranan penting dalam pembangunan melalui keikutsertaannya dalam berbagai bidang dengan kemampuan, kecerdasan, kepiawaian yang layak diperhitungkan.

Untuk itu marilah kita lakukan apa yang kita bisa, baik itu memberdayakan diri sendiri dengan tidak lelah belajar dan memampukan diri; memberikan contoh kesetaraan dimulai dari lingkungan keluarga dan tim dalam organisasi; sampai yang lebih besar lagi seperti membuat kebijakan-kebijakan inklusif yang merangkul semua pihak tanpa terkecuali. Selamat Hari Ibu, Para Perempuan Hebat!

*Aliya, Mahasiswa IST Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura Jurusan Teknologi Informasi dan Koordinator Komunitas Setara Perempuan.

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

4
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...

Khutbah Idul Fitri Bahasa Madura: Hakekat Tellasan

0
# Khutbah I اَللهُ أَكْبَرُ (٩×) لَآ إِلٰهَ اِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ، اَللهُ أَكْبَرُ مَا...