Guluk-Guluk, NU Online Sumenep
Kiai M Faizi menyatakan, menikah itu menyatukan dua insan. Menurut budaya, pernikahan perpaduan kebudayaan. Menikah itu bukan menyatukan perbedaan, tetapi saling pengertian dan menerima keadaan.
Dalam penjelasannya saat mengisi materi sekolah pranikah, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Furqan Annuqayah Guluk-Guluk menegaskan, meskipun usia sudah matang secara biologis, terkadang pula seseorang belum memiliki keterampilan yang cukup untuk mengulik kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan dialami dalam mengarungi biduk rumah tangga.
“Mengetahui tujuan dasar dan tujuan umum dalam pernikah patut diketahui oleh generasi muda. Tujuannya adalah agar merenungi dirinya sendiri dan penting direfleksikan oleh semua laki-laki dan perempuan,” ucapnya pada audien yang berkumpul di aula Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Guluk-Guluk, Sumenep, Ahad (26/03/2023).
Salah satu peserta Putri Ramadhani mengatakan, kegiatan yang akan berlangsung selama 3 pekan di bulan Ramadhan dengan 2 kali pertemuan ini, cocok bagi generasi muda NU agar mematangkan diri sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius.
“Sekolah pranikah ini bagus, sebab kita bisa tahu terkait pernikahan. Bukan hanya sekedar akad, tetapi soal tanggung jawab. Bukan hanya tentang cukupnya umur, tetapi kesiapan mental kita,” ujar pengurus Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Guluk-Guluk.
Di saat yang sama, Ketua MWCNU Guluk-Guluk KH Md Widadi Rahim menjelaskan bahwa forum ilmiah ini dikemas dengan sistem penyajian materi selama 10 pertemuan. Ia berharap kepada peserta yang melibatkan lembaga, ranting NU dan badan otonom setempat dapat mengikuti pekan Ramadhan.
“Kegiatan ini memang dihandle NU Care-Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), tapi kegiatan ini merupakan kegiatan kolaboratif yang digerakkan dengan kekuatan swadaya kader. Itu semua dilakukan untuk mempersiapkan generasi muda NU lebih matang secara spiritual dan mental,” tukasnya.