Pragaan, NU Online Sumenep
Wadah alumni merupakan media komunikasi dan silaturahmi demi menguatkan hubungan emosional. Melalui wadah tersebut maka eksistensi lembaga pendidikan atau pesantren menunjukkan pada masyarakat bisa mengontrol gerak-gerik santri agar istikamah mengamalkan ilmunya di lingkungannya masing-masing.
Berangkat dari permasalahan tersebut Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Kecamatan Pragaan mengingatkan pentingnya menjaga keberlangsungan taubat dari dosa di kediaman Ustadz Abd Harits, Desa Prenduan, Ahad (8/11/2020).
Seruan itu disarikan dari kitab yang dibaca setiap bulan dalam sebuah perkumpulan, yaitu Kifayatul Adzkiya’ yang dipimpin oleh KH. Abd. Warits Anwar. Beliau mengatakan bahwa cara yang paling ideal menjaga taubat adalah bermuhasabah.
Wakil Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan tersebut menjelaskan bahwa yang dimaksud muhasabah itu hendaknya dilakukan setiap kali selesai shalat dengan cara berdiam diri sebentar dan merenungi perbuatan kita dalam setiap detik dan setiap jam.
“Setiap pekerjaan kita yang bersifat dzahir atau batin, mari kita bermuhasabah. Kita hitung kembali dan merenung dari shalat ke shalat,” ungkapnya secara mendalam kepada para alumni.
Selanjutnya, hikmahnya adalah diri kita tidak mengentengkan perbuatan kita sehari-hari. Karena dengan bermuhasabah akan menjaga mata dan lisan dari perbuatan maksiat.
“Sekali berbuat dosa, maka anggota badan yang lain akan ikut. Kalau mata bermaksiat, maka mulut ikut berbicara dan anggota badan yang lain ikut berkata”, sargasnya.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk tersebut menegaskan bahwa taubat itu menjadi kunci setiap ibadah dan dasar setiap kebaikan.
“Kalau kita melakukan dosa sebab lupa, maka sekali ingat langsung bertaubat. Segera membaca istighfar untuk menjaga keberlangsungan taubat,” pintanya sambil memetik kata demi kata dari kitab yang dibacanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda Pakamban Laok tersebut menjelaskan bahwa taubat dilakukan karena melakukan maksiat yang dipicu sahabat yang lain.
Dirinya menyitir pesan gurunya, yakni Almaghfurlah KH. A. Fauzi Sirran bahwa jangan sampai mempunyai buruk sangka kepada orang lain.
“Seumpama kita merasa tak punya salah pada orang lain, tapi orang lain masih berbuat jahat pada kita, maka yakinilah bahwa itu bukan karena kesalahan orang tersebut melainkan sebab dosa-dosa kita atau karena kita memberi kesempatan kepada orang lain untuk berbuat salah,” curahnya dengan penuh khidmat.
Di penghujung acara, beliau menyitir dawuh Dr. Quraisy Syihab bahwa pada awalnya manusia selalu bersama dengan Allah SWT.
“Ketika manusia berbuat dosa, maka Allah pun semakin jauh dari kita. Tapi ketika manusia bertaubat, maka Allah kembali bersama kita lagi,” pungkasnya.
Kontributor: Firdausi
Editor: Ibnu Abbas