Batang-Batang, NU Online Sumenep
Rais Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Batang-Batang, Kiai Moh Ishak menyebut Idul Adha tidak hanya dimaknai sebagai ritual penyembelihan hewan kurban semata.
Lebih dari itu, menurutnya, momentum tahunan ini menjadi pengingat tentang nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, dan ketaatan total kepada Allah SWT, sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
“Berkurban sejatinya bukan hanya soal menyembelih hewan, tetapi lebih penting adalah menyembelih ego dan sifat ananiyah yang ada dalam diri manusia,” ujar Kiai Ishak, Sabtu (07/06/2025).
Menurutnya, nafsu yang tidak dikendalikan bisa menjadi tunggangan setan yang menjauhkan manusia dari Allah SWT. Oleh karena itu, Idul Adha menjadi momen untuk melatih diri menundukkan hawa nafsu dan menguatkan ikatan spiritual dengan Sang Khalik.
“Berkurban juga menahan diri dari setiap manusia dan tidak menjadikan nafsunya sebagai kendaraan bagi setan yang kerap kali menjauhkan dirinya dari Allah SWT,” katanya.
Lebih lanjut, Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep ini menegaskan bahwa relevansi kurban di era sekarang bukan hanya membentuk pribadi yang saleh secara spiritual, tetapi juga membentuk kepedulian sosial yang tinggi.
“Jika nilai-nilai kurban ini diamalkan, maka akan lahir jiwa-jiwa yang tidak hanya taat secara individu, tapi juga peduli terhadap sesama. Inilah ruh kurban yang harus terus dihidupkan,” ungkapnya.
Idul Adha, lanjutnya, adalah momentum untuk membangun solidaritas dan memperkuat ukhuwah. Daging kurban yang dibagikan kepada sesama adalah simbol konkret dari semangat berbagi dan keadilan sosial dalam Islam.
” Pesan utama dari Idul Adha adalah bagaimana umat Islam mampu mengambil pelajaran dari Nabi Ibrahim AS dalam meneguhkan iman, mengikis keakuan, dan menghadirkan manfaat bagi masyarakat sekitar,” pungkasnya.
