Pragaan, NU Online Sumenep
Wakil Sekretaris Aswaja NU Center Sumenep, Kiai Ach Rofiq Syuja’ mengatakan, yang paling ditekankan dalam memperingati Isra’ Mi’raj adalah sikap ketundukan seseorang secara religiusitas. Karena peristiwa tersebut tidak bisa dihadapi dengan nalar logika.
“Seorang saintis yang tergabung dalam Ikatan Fisikawan Indonesia mengkaji peristiwa Isra’ Mi’raj dengan teori fisika. Menurutnya, mi’rajnya nabi dari masjidil Haram ke masjidil Aqsa lalu ke Sidratul Muntaha di luar nalar sainstis,” katanya di acara peringatan Isra’ Mi’raj dan Hari Lahir (Harlah) ke-99 NU yang diselenggarakan oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Pragaan, Selasa (01/03/2022) malam.
Tak hanya itu, peristiwa itu adalah murni hak otoritas Allah SWT. Wajar, kala itu nabi dikuasai oleh aturan Allah. Karena kata Asra diartikan tidak ada sisi kemanusiaan.
“Analisa saintifik, ketika manusia keluar dari planet Bumi ke planet lainnya yang kadar kepanasannnya lebih panas dari Bumi, pasti terbakar. Sedangkan nabi tidak. Bahkan ulama mengartikan bahwa nabi melakukan Isra’ Mi’raj ruhan wa jasadan,” ungkapnya di hadapan sahabat-sahabat Ansor di aula Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) setempat.
Ketua Aswaja NU Center Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Guluk-Guluk itu mengutarakan, banyak sahabat yang tidak percaya pada peristiwa Isra’ Mi’raj, kecuali Abu Bakar r.a, karena ia mendengarkan langsung dari nabi yang kala itu menceritakan superioritas Allah.
“Hal ini bermula saat nabi terintimidasi oleh pemuka suku Quraisy, sedangkan nabi merupakan kelompok minoritas. Ketika orang-orang terkasihinya wafat, Abu Thalib (pamannya) yang selalu mendampingi nabi saat berdakwah hingga orang-orang Quraisy tidak ada yang berani mengusiknya. Termasuk ditinggalkannya istri tercinta Siti Khadijah Al-Kubra r.a (istrinya) yang mendanai dakwah nabi. Rasulullah sedih,” curahnya pada audein walaupun listrik padam.
Dilanjutkan pula, saat nabi tertidur di rumah Aisyah ra, nabi selalu menyebut nama Khadijah Al-Kubra. Hingga akhirnya Aisyah menyimpulkan bahwa Khadijah sosok perempuan yang tak pernah dimadu.
“Perlu diketahui nabi menikah lebih dari 4 kali, murni perintah Allah,” sergahnya.
“Mengapa nabi sedih? Karena mereka berdua sudah membawa misi terbesarnya dalam berdakwah. Dalam kondisi galau, nabi pergi ke Thaif guna mencari perlindungan. Saat sampai di sana, justru mendapat cemo’ohan dan sebagainya. Kondisi inilah didengar oleh Allah sehingga dilakukannya Isra’ Mi’raj,” ungkap Ketua Lembaga Ta’lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Pragaan.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Selatan itu menyatakan, Allah memberi hiburan kepada nabi lewat Isra’ Mi’raj saat Amul Huzni (tahun duka cita orang-orang terdekat Rasulullah yang meninggal dunia).
“Walaupun banyak ikhtilaf, akar rumput meyakini bahwa Isra’ Mi’raj jatuh pada tanggal 27 Rajab. Hal terpenting bagi kita adalah mempercayainya, karena sudah diterangkan dalam Al-Qur’an,” tandasnya.