Berbicara tentang rumah tangga memang menarik untuk dinikmati. Baik untuk mereka yang masih jomblo atau sudah berkeluarga. Tidak semua orang bisa mempertahankan cintanya dalam ikatan pernikahan. Ada yang kandas di tengah jalan, ada yang berhasil mempertahankan sampai akhir hayatnya. Tentu mereka yang berhasil mempertahankan karena sabar dengan lika-liku badai yang terjadi di rumah tangga.
Fahd Pahdepie memulai dengan nasihat rumah tangga hidup bahagia “Jika kau ingin bahagia dalam sebulan, nikahi orang yang kau cintai. Jika ingin berbahagia untuk selama-lamanya, bahagiakan orang yang kau nikahi” (hal. 02). Karena dalam pernikahan terkadang ada suatu yang baru terbuka pasca beberapa hari saat ijab-qabul. Baru sadar pasangan yang dinikahi memiliki banyak kekurangan, kemudian saling komplain soal ini dan itu yang menyebabkan ada banyak ketidak cocokan. Pernikahan bukanlah hanya legalitas hubungan badan, akan tetapi tentang kesetiaan, tanggungjawab, dan investasi masa depan yaitu anak dan keturunan.
Pada 2014 tahun silam, penulis berdiskusi dengan temannya yang telah bercerai dengan istrinya setahun sebelumnya. Ia berkata ”aku rindu dengan mantan istri” (hal. 4). Kerinduan akan terjadi ketika dua insan sudah tidak bersama kembali dengan teringat masa-masa indah yang telah dilaluinya. Kemudian ada pesan yang harus disampaikan tentang nasihat kepada banyak orang, “katanya, apapun yang sedang terjadi, penceraian semestinya jadi jalan terakhir ketika semua upaya untuk saling membahagikan sudah dikerjakan. Jangan membuat keputusan ketika marah. Jangan sekalipun kehilangan rasa percaya untuk bahagia. Atau suatu hari, ketika kalian tidak bersilang jalan, rasa rindu akan membunuhmu pelan-pelan”. Inti dari nasihatnya jika bisa mempertahankan keluarga pertahankanlah sebisa mengkin, apabila segala upaya dilakukan dengan maksimal namun tidak memperbaiki keadaan maka satu-satunya jalan terbaik adalah bercerai. Hal demikian dilakukan ketika sudah mempertimbangakan dengan matang.
Dalam kehidupan rumah tangga tidak selalu bahagia. Ada kalanya diuji dengan jarak, waktu bahkan materi. Karena dalam rumah tangga ketika suami pergi mencari nafkah untuk untuk keluarganya, ada kerinduan yang ditunggu oleh sang istri. Di balik suami yang enggan pulang ada istri yang lelah menunggu, dan di balik istri yang kerap marah atau tersinggug ada perasaan yang gagal tersampaikan (hal. 213). Karena konflik bisa saja menjadi penyebab untuk menjadi perpisahan dengan catatan salah satu dari keduanya tidak ada yang mengalah.
Membaca buku ini dapat menuntun kita untuk menjadi suami atau istri yang selalu membuat rumah tangga harmonis. Di dalamnya terdapat kisah-kisah berupa nasehat untuk selalu mempertahankan pernikahan agar tidak terjadi keretakan dalam rumah tangga. Wallahu a’lam.
Judul : Cerita Sebelum Bercerai
Penulis : Fahd Pahdepie
Penerbit : Republika
Cetakan : 2020
Tebal : 241 halaman
ISBN : 978-602-7595-59-0
*Amrullah, lahir di Gapura Barat Gapura Sumenep Madura, Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Pendidikan agama Islam, IAIN Madura, Pamekasan Madura.