Lahirnya tasawuf merupakan sebuah protes bisu melawan kekuatan politik aristokrasi, ketidak adilan sosial, dogma-dogma agama yang cenderung formal dan kering. Protes ini dinilai menyelamatkan warisan spiritual islam sejak ditinggal Rasulullah.
Adanya ahwal dan maqamat dalam tasawuf merupakan tangga yang harus dilalui para penempuh spiritual. Taubat, wara’, zuhd, faqr, sabr, ikhlas, tawakal dan ridha adalah rentetan yang harus dilalui. Sementara ikhlash, dalam buku tazkiya al-nafs disebutkan sebagai tingkatan terakhir. Sebab, perkara yang paling sulit adalah tentang ikhlash.
Dalam Al-Quran, ada surat yang dinamai Al-Ikhlash yang merupakan lautan yang teramat luas, dalam dan samar, kecuali bagi orang yang diberi taufiq oleh Allah. Orang yang masih menyaksikan keikhlasan dalam hatinya berarti keikhlasannya masih membutuhkan ikhlas. Inti dari ikhlas adalah pemurnian amal dan bangga dengan amal, karena keberpalingan ikhlas dan melihat ikhlas di dalam amal merupakan ujub, dan ujub merupakan salah satu cacat. Padahal yang murni adalah bersih dari semua cacat.
Menjadi mukhlis (orang yang ikhlas) bukanlah perkara yang mudah. Perlu latihan yang panjang agar segala hal beraroma ikhlas sehingga melahirkan pahala. Bahkan menurut pendapat yang lebih ekstrem bahwa jika beribadah, seikhash mungkin namun berharap pahala dan syurga jauh dari kata ikhlas. Sebab, ikhlas tidak membutuhan timbal balik.
Setan merupakan makhluk yang paling istiqamah dalam pekerjaannya. Mereka memiliki ambisi kuat uuntuk menjerumuskan anak cucu adam kecuali orang yang ikhlas sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran. Menjadi hamba yang ikhlas akan selalu menerima segala keadaan, baik suka maupun duka. Diyakini bahwa segala hal yang teradi pada dirinya adalah jalan yang sudah Allah berikan.
Rasulullah pernah bertanya kepada malaikat Jibril seputar ikhlas, maka malaikat Jibril pun bertanya kepada Allah mengenai ikhlas. Hasilnya adalah bahwa rahasia Allah yang ditempatkan di hati setiap manusia. Namun, hal ini bisa dilihat dari ciri-ciri mukhlis. Pertama, orang yang menganggap pujian dan cacian sama. Dua hal yang bertolak belakang dan tidak terpengaruh sama sekali. Kedua, orang yang melupakan pekerjaan baiknya kepada orang lain, atau tidak mengingat-ngingat baiknya yang telah dilalui.
Sedangkan macam kategori ikhlas, sebagaimana disebutkan oleh Al-Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin ada dua. Pertama ikhlas dalam beramal. فأما إخلاص العمل فهو التقرب الى الله وتعظيم امره وإجابة دعوته yang disebut dengan ikhlas beramal ialah mendekatkan diri kepada Allah, mengagungkan pirintahnya dan melaksanakan seruannya. Dalam memupuk biat tersebut, seseorang perlu ijtihad dan kemauan yang tinggi. Meluruskan niat disertai tekat yang bulat.
Kedua, ikhlas dalam memohon pahala kepada Allah. اما الاخلاص في طلب الاجر فهو إرادة نفع الاخرة بعمل الخير mencari kemanfaatan kahirat dengan amal baik. Ikhlas berbuat baik demi akhirat yang baik pula. Namun jika merujuk pada pendapat yang lebih hati-hati, yang berharap di kemudian hari belum bisa dikatakan ikhlas.
Ikhlas sangatlah penting dan dapat berpengaruh pada aspek fisik dan psikis. Karena ikhlas merupakan niatan awal bagi setiap individu dalam menentukan kemana arah amalan yang akan dilakukan; melibatkan tujuan akhirat untuk urusan duniawi.
Sayangnya, ada satu hal yang membuat buku ini kurang menarik, yakni rujukannya bersumber google saja. Hal ini dinilai kurang akademis, keabsahannya dianggap kurang akurat karena jika mengutip pendapat orang lain, ini berpotensi disusupi oleh pendapatnya. Sebab, jika kita merujuk pada sumber aslinya (kitab mu’tabarah) lebih kuat dan akurat. Terlepas dari segala bentuk kekurangan, semoga dengan adanya buku ini bisa melatih kita menjadi pribadi yang mukhlis, menjadi pribadi yang ikhlash tanpa batas.
Identitas Buku
Judul: Belajar Mengikhlaskan
Penulis: Rofi’ah Nurhayati
Penerbit: Syalmahat
Tebal Buku: 373 Halaman
ISBN: 978-623-7327-69-1
Tahun Terbit: 2022
Peresensi: Ariena Mufrihah
Editor: Firdausi
This gave her the opportunity to spend more time writing articles on all topics related to pregnancy and prenatal care cytotec labor