Lenteng, NU Online Sumenep
Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025, memperdalam rasa cinta kepada ulama, serta menguatkan orientasi keilmuan para siswa, Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Nurul Yaqin Lembung Barat, Lenteng menggelar Rihlah Ruhiyah (perjalanan spiritual) ke makam para wali dan ulama di Kabupaten Sumenep, Selasa (21/10/2025).
Kegiatan ini diikuti ratusan siswa beserta dewan guru dengan penuh kekhusyukan. Satu hari sebelumnya, Senin (20/10/2025) perjalanan dimulai dari lingkungan madrasah sendiri, di mana para siswa terlebih dahulu berziarah ke makam para masyayikh LPI Nurul Yaqin sebagai bentuk penghormatan kepada pendiri dan pewaris ilmu yang telah menanamkan cahaya keilmuan di hati siswa masa kini.
Satu hari berikutnya, Selasa (21/10/2025), rombongan melakukan perjalanan menuju makam ulama terkemuka di Sumenep yaitu K. Khotib Paddusan dan Syekh Mahfudz, termasuk Asta Tinggi Sumenep yang dikenal sebagai komplek makam raja sekaligus tempat bersemayamnya para tokoh agama yang karismatik.
Sepanjang perjalanan, lantunan tahlil, shalawat, dan doa menggema, menyelimuti suasana dengan nuansa ketenangan dan penghayatan yang mendalam.
Para siswa tampak larut dalam kekhusyukan, menyadari bahwa ziarah bukan sekadar tradisi, tetapi bagian dari ikhtiar menyambungkan hati kepada sumber keberkahan ilmu.
“Rihlah ruhiyah ini bukan hanya jalan-jalan spiritual, tetapi perjalanan hati. Kami ingin siswa memahami bahwa ilmu yang mereka pelajari hari ini adalah mata rantai panjang dari para ulama yang berjuang dengan penuh pengorbanan,” ujar Nyai Hj. Fathatur Rahmani, selaku Pengurus Yayasan LPI Nurul Yaqin.
Di samping itu, para siswa juga diberikan tausiyah singkat yang menekankan pentingnya adab terhadap ulama dan kesadaran bahwa keberhasilan menuntut ilmu sangat erat kaitannya dengan hati yang bersih dan niat yang lurus.
Salah satu santri peserta, Adindal Watin mengaku merasakan pengalaman batin yang menyentuh.
“Saat berdiri di hadapan makam para wali dan ulama, saya merasa kecil sekaligus termotivasi. Mereka telah wafat, tetapi nama mereka terus harum, karena ilmu dan amal mereka abadi. Saya ingin meneladani itu,” tuturnya.
Kegiatan Rihlah Ruhiyah ini juga bertujuan menghidupkan semangat tabarruk (mengambil keberkahan) sebagai bagian dari tradisi pesantren.
Dengan menapaki jejak ulama, siswa diharapkan semakin yakin bahwa jalan ilmu adalah jalan perjuangan yang penuh pengorbanan dan keikhlasan.
“Siswa harus sadar bahwa keberhasilan ilmiah bukan hanya dari kecerdasan, tetapi juga dari berkah doa guru dan kedekatan hati kepada para pewaris Nabi,” kata Ustadz Safrawi selaku pendamping kegiatan.
Setelah ziarah, para dewan guru dan siswa melakukan Apel HSN 2025 di Pantai Badur Batuputih Sumenep.
Penyelenggaraan Apel HSN 2025 dimaksudkan sebagai momentum untuk mengenang kembali perjuangan para santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa melalui lahirnya Resolusi Jihad 22 Oktober 1945.
“Kegiatan ini bertujuan menumbuhkan semangat nasionalisme, cinta tanah air, dan kedisiplinan di kalangan santri serta pelajar, sekaligus memperkuat jati diri mereka sebagai penjaga nilai agama, moral, dan kebangsaan,” Kata Ketua Panitia, Ustadz Iskandar.
Melalui apel ini, siswa diharapkan mampu merefleksikan peran strategisnya sebagai generasi intelektual dan spiritual yang siap menghadapi tantangan zaman, membangun peradaban, serta meneruskan perjuangan para ulama dengan ilmu, akhlak, dan pengabdian.
“Selain itu, apel ini menjadi sarana mempererat ukhuwah antarsiswa, lembaga pesantren, dan masyarakat, serta menginternalisasikan nilai moderasi beragama, toleransi, dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.
Pada akhir perjalanan, rombongan kembali ke pesantren dengan wajah tenang namun penuh semangat baru.Para siswa berharap perjalanan ini menjadi penguat tekad dalam menempuh jalan kesantrian dengan lebih bersungguh-sungguh, penuh adab, dan istiqamah.
Dengan terselenggaranya Rihlah Ruhiyah ini, LPI Nurul Yaqin Lenteng menegaskan komitmennya dalam mencetak siswa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang dalam dimensi spiritual dan berkarakter ulul albab.

