Oleh: Hilda Fahrizah Mahasiswa Instika Guluk-Guluk
Budaya adalah sesuatu yang dihasilkan dari potensi atau kemampuan manusia, hingga melahirkan sebuah kebiasaan, entah itu ternilai benar atau salah. Budaya merupakan hasil cipta manusia yang benar-benar relatif, dapat berubah, dan juga beragam. Dari ta’rif ini, masing-masing daerah di Indonesia tentunya memiliki budaya yang bisa membedakan antardaerah satu dengan daerah lainnya.
Jika dilihat dari aspeknya, budaya merupakan salah satu identitas dari sebuah daerah. Perbedaan dari ragam budaya di Indonesia dapat dilihat dari kehidupan keseharian masyarakat. Sifat masyarakat ada yang lebih egaliter dan terbuka, bahkan terkadang sukar ditebak. Dari perbedaan sifat itulah perbedaan budaya nampak terlihat.
Dari berbagai macam budaya yang diketahui, pasti terdapat sisi keunikan yang menonjol. Sebut saja budaya yang unik dan stereotipikal yang ada di etnik Madura. Keunikan tersebut membuat masyarakat Madura dikenal memiliki kekhasan yang berbeda dengan etnik yang lainnya. Kekhasan tersebut tampak pada kekuatan bahasa dan etika, baik dilakukan oleh kawula muda ataupun yang tua.
Kekhasan etnik Madura dikagumi oleh etnik lain. Dari ujung timur hingga ujung barat, kebudayaan dan kesenian Madura tidak sebatas seni tari dan hal lain yang sudah lumrah ditemui khlayak ramai. Ternyata yang dikagumi itu adalah setiap kebudayaan mengandung nilai-nilai spiritual yang tinggi.
Spiritualitas menggambarkan bahwa budaya dan agama merupakan satu keasatuan yang tak terpisahkan karena saling membutuhkan. Dalam hal ini bisa dilihat pada tradisi Rokat Tase’ yang setiap tahun dihelat bersama masyarakat pesisir yang notabene warga nelayan tradisional.
Saat pelaksanaannya, warga bersama tokoh agama melebur dan mensakralkan tradisi tersebut dengan ragam rentetan acara. Keunikan tradisi ini adalah warga membawa tumpeng yang dilengkapi dengan lauk pauk, ikan, sayur mayur, hiasan bunga dan bendera Merah Putih yang dikibarkan sebagai bukti kecintaan warga nelayan kepada bangsa dan negara.
Sebelum larung sesaji dilepas ke laut, masyarakat berdoa yang dipimpin oleh tokoh agama. Perapalan doa ini merupakan spiritualitas dari budaya. Artinya, doa yang dimunajatkan bagian dari pendekatan, permohonan, dan syukuran pada Allah SWT atas nikmat yang diberikan kepada warga nelayan.
Proses larung sesaji yang diiringi musik Saronen yang dianggap salah menurut sebagaian orang, ternyata kepala sapi atau kambing itu diniatkan untuk disedehkan kepada hewan laut. Dari hal inilah warga nelayan melestarikan buadaya yang dibarengi dengan spiritualitas.
Editor: Firdausi