Lenteng, NU Online Sumenep
Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Lembung Barat, Lenteng Masa Khidmat 2025-2030 resmi dilantik oleh PCNU Sumenep, Ahad (04/05/2025).Berlangsung di Masjid Nurul Yaqin Lembung Barat, pelantikan tersebut turut disaksikan segenap Pengurus MWCNU Lenteng dan Pengurus PRNU se-Kecamatan Lenteng.
Zainul Hasan selaku Sekretaris PCNU Sumenep mengatakan, sebagai organisasi Nahdlatul Ulama (NU) di tingkat desa, PRNU memiliki tugas yang kompleks.
“Pengurus ranting bertanggung jawab sebagai penghubung dalam menyampaikan aspirasi masyarakat serta mensukseskan program NU di tingkat desa/kelurahan,” katanya saat memberikan pengarahan dalam Pelantikan PRNU Lembung Barat.
Maka dari itu, Zainul Hasan menaruh harapan besar kepada pengurus ranting NU untuk senantiasa berkhidmat dan amanah melaksanakan tugasnya.
“Yang dilantik semoga khidmat dan ikhlas. Dengan hal itu, saya berharap Nahdlatul Ulama dapat semakin berkembang dan semakin membuat peradaban Sumenep maju,” terangnya.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep ini menambahkan, ikrar yang tadi diucapkan oleh PRNU itu, hakikatnya bukan ikrar kepada PCNU yang membai’at, tapi ikrar PRNU kepada Allah Swt, Nabi Muhammad Saw, dan Muassis NU.
“Camkan itu! Karena setiap amanat kelak akan dipertanggungjawabkan di akhirat,” tambahnya.
Jika dulu hadratussyaikh KH. Moh. Hasyim Asy’ari mendapat simbol tongkat dan tasbih dari Syaikhona Moh. Cholil Bangkalan, maka sesungguhnya secara tidak langsung, kedua simbol itu, kini telah diberikan kepada pengurus sebagai pelanjut kepemimpinan beliau di tingkat desa, bersamaan dengan ketika dilantik hari ini sebagai PRNU.
“Oleh karena itu, maka jaga komando jam’iyah, jaga amaliyah, fikrah, dan harokah nahdliyah di desa ini,” jelasnya.
Sebagaimana telah sering disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf dalam berbagai kesempatan, bahwa di abad kedua NU ini, ada 3 matra konsolidasi yang perlu terus digalakkan, yaitu kondolidasi tata kelola, konsolidasi agenda, dan konsolidasi sumber daya.
“Mari kita kelola NU dengan baik. NU itu organisasi, bukan peguyuban, kompolan, atau kerumunan. Kita tata NU layaknya sebuah jam’iyah, bukan jama’ah. NU itu organisasi yang besar. Jaga kebesaran NU dengan tata kelola yang baik, rapi, dan bonafid,” ujarnya.
Jangan kerdilkan kebesaran NU dengan penataan yang semraut. Tampilkan NU se elegan mungkin. Lebih-lebih di era saat ini. Saatnya kita melakukan politic etalase, dengan menampakan kehebatan NU ke permukaan.
“Kepengurusan NU yang selama ini pembagian kerjanya di antara sesama pengurus tidak jalan, hendaknya dijalankan. Semua personalia yang ada di kepengurusan harus difungsikan. Rais, Katib, Ketua, Sekretaris, dan Bendahara harus mampu berbagi peran dengan wakil-wakilnya,” harap Zainul Hasan.
Termasuk koordinasi dengan badan-badan otonom hendaknya terus ditingkatkan. Sehingga semuanya bisa padu dan koheren.Selain tata kelola, penting juga memiliki agenda yang jelas, program yang terukur yang sesuai dengan kebutuhan warga.
Tradisikan perencanaan program secara partisipatif, dengan melibatkan para pemangku kepentingan di lingkungannya. Dengan begitu, maka program kita akan benar-benar sesuai dengan kebutuhan, bukan sekedar keinginan.
“Terakhir, kaderisasi dan kemandirian perlu terus digalakkan, dalam rangka mendukung konsolidasi sumberdaya. Pengurus yang belum ikut pengkaderan, hendaknya didorong untuk bisa mengikutinya. Sehingga ke depan, diharapkan semua pengurus NU di semua tingkatan telah ikut kaderisasi. Dengan begitu, Insya Allah kita tidak akan lagi mengalami krisis organisasi, ideologi, orientasi, dan kepemimpinan, jika semuanya sudah kader,” imbuhnya.
Zainul Hasan berharap agar pengurus NU di semua tingkatan perlu mengagendakan kegiatan ngaji semua pedoman dan peraturan perkumpulan NU.
“Hal itu berfungsi agar bisa paham segala aturan di NU. Mulai dari Muqaddimah Qanun Asasi, AD & ART NU, Peraturan Perkumpulan NU, Peraturan PBNU, PD & PRT Badan Otonom, Peraturan PWNU, Peraturan PCNU, hingga keputusan-keputusan forum permusyawaratan NU (semisal Muktamar, Konfererwil, Konfercab, Konferensi Wakil Cabang dan Musran),” harapnya.
Jadilah pengurus dan pembelajar sejati, yang selalu belajar dan berproses, agar dalam menjalankan amanah sebagai pengurus tidak salah langkah.
“Ingat, NU bukan sekadar jam’iyah diniyah, tapi ia juga sebagai jam’iyah ijtima’iyah. Selama ini, yang menonjol di NU hanya aspek diniyahnya. Sementara aspek ijtima’iyahnya masih belum begitu mendapat perhatian,” ucapnya.
Kendati demikian, kalau mau jujur, di aspek ijtima’iyah itulah yang lebih kongkret dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Jadi, bidang-bidang sosial kemasyarakatan hendaknya juga digarap, seperti peningkatan ekonomi, pelayanan kesehatan, pengembangan pertanian, pelestarian lingkungan hidup, dan sebagainya. Dengan begitu NU akan hadir memenuhi kebutuhan warga,” pungkasnya.