Talango, NU Online Sumenep
Pekan lalu, masyaikh dan santri Pondok Pesantren Ploso, Kediri melakukan ziarah wali ke Madura, Kamis-Jum’at (10-11/03/2022). Adapun rutenya adalah maqbarah Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan, Syaikh Syamsuddin Batu Ampar Pamekasan, dan Sayyid Yusuf Talango Sumenep.
Saat rombongan sampai di Kabupaten Sumenep, alumni mulai berdatangan ke Talango guna ngalap berkah. Salah satunya adalah KH M Zainur Rahman Hammam Ali.
Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep itu merasa terkesan dalam pertemuan singkat itu, terutama saat berkumpul dengan KH Abdur Rahman Al-Kautsar bin Nurul Huda Djazuli atau Gus Kautsar. Karena ia mengingatkan tentang pentingnya mengaji.
“Hadits yang diposting di akun Facebook kami berdasarkan ingatan saja. Karena hadits itu banyak periwayatan yang matan atau redaksinya tidak persis sama. Tetapi substansinya sama,” terangnya saat dikonfirmasi NU Online Sumenep, Rabu (16/03/2022).
Kemungkinan hadits yang ia tulis, bisa jadi beda redaksi dengan Gus Kautsar, seperti periwayatan, sumber pengambilan, tetapi substansinya sama. “Yang kami tangkap bersentuhan dengan mengaji,” ungkapnya saat menceritakan bincang santai dengan Gus Kautsar pasca ziarah di As-Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasaniy Al-Anggawiy, pulau Talango, Sumenep.
Berikut hadits nabi yang disampaikan oleh Kiai Zainur
بسم الله الرحمن الرحيم
عن عبد الله بن عمرو رضي للله عنه قال : خرج رسول الله – صلى الله عليه وسلم – ذات يوم من بعض حجره فدخل المسجد فإذا هو بحلقتين أحدهما كذا يقرؤن القرآن ويذكرون الله والآخر كذا يتعلمون ويعلمون فقال النبي – صلى الله عليه وسلم – كل على خير هؤلاء يقرؤن القرآن ويدعون الله فإن شاء أعطاهم وإن شاء منعهم وهؤلاء يتعلمون ويعلمون وإنما بعثت معلماً وجلس معهم (رواه ابن ماجه من رواية داود بن الزبرقان عن بكر بن خنيس عن عبد الرحمن زياد بن أنعم عن عبد الله بن يزيد عن عبد الله بن عمرو)
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqri Karang Kapoh Prenduan itu menjelaskan maksud hadits tersebut. Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah melihat ada dua majelis dalam masjid. Pada salah satu majelis itu terdapat orang-orang yang membaca Al-Qur’ān dan berdoa pada Allah. Sedangkan di majelis yang lain adalah sekumpulan orang yang tengah belajar dan mengajar.
“Menurut Rasulullah, kedua majelis itu sama baiknya. Namun Nabi ﷺ memilih duduk bersama majelis kedua setelah sebelumnya menegaskan, hanya saja aku diutus sebagai seorang muallim (guru),” tegasnya.
Tak sampai di situ, Gus Kautsar mengimbau agar berpegang teguh pada sunnah nabi. Yang paling utama adalah ta’lim wa ta’allum. Karena nabi diutus ke dunia semata-mata sebagai muallim atau pengajar.
Di lain sisi, Kiai Zainur mencurahkan tentang dawuh KH Nurul Huda Djazuli (Ayah Gus Kautsar) yang menegaskan bahwa santri itu mahal. Dan jangan dijual murah.
“Bagaimanapun keadaannya, yang terjadi saat ini jangan sampai melupakan tholabul ilmi. Karena jalan terbaik menuju Allah adalah dengan belajar dan mengajar,” sitir dawuh KH Zainuddin Jazuli yang viral di beberapa media sosial.
Dari beberapa pesan edukatif tersebut, kiai Zainur yang juga menjabat sebagai Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur itu memetik hikmah bahwa pesantren adalah mengaji. “Hidup dalam dunia santri atau pesantren, maka hidup dalam dunia mengaji,” imbuh Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Pragaan itu.
Sanad Keilmuan Kiai Ploso
Kiai Zainur menegaskan bahwa dirinya tidak bisa menebak alasan masyaikh Ploso melakukan ziarah wali ke Madura. Yang ia tahu, setiap tahun rutin dilakukannya, kecuali di masa pandemi.
“Jika berbicara ketersambungan sanad keilmuan, tentu bermuara ke Madura. Karena pendiri pesantren Ploso, KH Ahmad Djazuli Utsman adalah santri Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari. Yang kita tahu, mbah Hasyim santri Syaikhona Kholil Bangkalan,” tandasnya.