Oleh: Firdausi
Orang Madura memiliki budaya yang sangat beragam, salah satunya di bidang sastra. Pasemon dan pribahasa acap kali kita dengarkan. Misalnya, abantal omba’ asapo’ angin, yang artinya berbantal ombak dan berselimut angin. Pribahasa inilah yang mengilhami KH D Zawawi Imron untuk membuat sebuah antologi puisi yang diberi judul Bantalku Ombak, Selimutku Angin.
Ungkapan yang lumrah kita dengar, khususnya masyarakat pesisir dan pantura, tidak jauh dari keadaan geografis itu sendiri. Karena Madura ini dikelilingi oleh lautan dan kepulauan. Sedangkan penduduknya banyak yang mengais rezeki atau kehidupan dari laut dengan membuat tambak ikan, udang, budidaya rumput laut, nelayan, dan sebagainya. Yang sering tampak ke permukaan adalah warga ajurung, pagan, a sleret, kardan – mencari ikan di tengah lautan dengan menggunakan jaring yang dilempar di atas perahu tradisional. Dari sekian banyak kegiatan kelautan, yang terakhir ini tantangannya sangat besar. Karena warga berhari-hari ada di tengah lautan dengan kondisi pakaian yang serba basah dan cuaca yang tidak menentu berubah.
Seseorang yang hendak ngardan dan sejenisnya harus ekstra hati-hati saat berlayar. Jika tidak berpengalaman, mereka akan menghadapi masalah besar. Pasalnya mereka sering berhadapan dengan ombak dan angin yang kapan saja bisa menjelma menjadi gelombang badai dahsyat.
Bukan orang Madura jika takut pada badai lautan. Karena bergi mereka, angin dan ombak telah menjadi sahabat karib yang tak mungkin mencelakannya. Dengan demikian, orang Madura tidak mudah menyerah demi menafkahi keluarga di rumah yang sudah menanti. Walau dinginnya angin laut yang menusuk tulang sumsumnya di malam hari. Meskipun pula ombak yang bergelimpangan mereka hadapi dengan gagah. Mereka tidak pernah gentar sedikit pun untuk terus melaju ke depan demi masa depan keluarga.
Berangkat dari landasan ini, pribahasa ini dituangkan dalam lirik dan lagu khas orang Madura yang berjudul Tandhu’ Majeng. Nilai filosofi dari lagu rakyat tersebut dapat diartikan bahwa lautan diubah sebagai rumah mereka sehari-hari, laut juga menjadi sahabat sejati dan membentuk menjadi sosok pemberani. Inilah keberanian orang Madura mengarungi lautan luas, karena merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang sejak dahulu kala.
*) Direktur NU Online Sumenep