Lenteng, NU Online Sumenep
Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Nurul Yaqin Lembung Barat, Lenteng telah sukses menggelar kegiatan Rihlah Ruhiyah yang berlangsung selama dua hari Ahad-Senin (05-06/01/2025). Kegiatan ini diikuti 60 peserta yang terdiri dari Pimpinan, TU, Staf, dan Dewan Guru Nurul Yaqin dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas rohani dan pengetahuan para peserta.
Dalam agenda rihlah kali ini, peserta mengunjungi berbagai objek yang sarat akan nilai sejarah dan spiritual, di antaranya KH. Moh. Kholil Bangkalan, Sunan Ampel Surabaya, KH. Abd. Hamid Pasuruan, Pondok Pesantren Wali Songo Situbondo, dan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo.
Di PP. Wali Songo, para peserta sowan kepada pengasuh pesantren, KHR. Muhammad Kholil As’ad. Beliau berdoa, semoga Allah SWT memberikan kesehatan, kemudahan rezeki, dan dikabulkan hajatnya oleh Allah.
“Semoga kita semua dapat berkumpul nanti di surganya Allah SWT,” tuturnya kepada para peserta rihlah.
Selanjutnya, di PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, para peserta sowan kepada pengasuh pesantren KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy. Beliau memberikan Taujihad dan Irsyadad kepada peserta.
“Seorang pencari ilmu, ibarat Segitiga Emas. Ia harus didukung dan didoakan oleh kiai, guru, dan orang tua,” ujarnya.
Menurutnya, salah satu cara mendapatkan keberkahan di lembaga atau pondok yaitu mengabdi, perbanyak membaca Ratibul Haddad, niat ikhlas, dan giat dalam melakukan sesuatu.
Kiai Azaim juga mengingatkan 5 pesan KH. As’ad Syamsul Arifin. Pertama, santri Sukorejo yang keluar dari NU, jangan berharap berkumpul dengan saya di akhirat.
“Kedua, santri saya yang pendiriannya tidak sama dengan saya, saya tidak bertanggung jawab di hadirat Allah SWT,” terangnya.
Ketiga, santri saya yang pulang atau berhenti harus ikut mengurusi dan memikirkan paling tidak salah satu dari tiga hal yaitu, pendidikan Islam, dakwah melalui NU, dan ekonomi masyarakat.
“Biar alim, biar kaya tapi tidak ikut salah satu tersebut, saya ingin tahu kesempurnaan hidupnya. Sebaliknya biar bodoh, biar miskin, tapi ikut mengurusi atau cawe-cawe paling tidak salah satunya dengan ikhlas, rasakan sendiri kesempurnaan hidupnya,” urainya.
“Keempat, istiqamah membaca Ratibul Haddad. Kelima, santri saya sebenarnya umum, anak siapa saja, dalam keadaan bagaimana saja, pasti selamat dan jaya asal jujur, giat dan ikhlas,” tandas Kiai Azaim.
Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman spiritual dan pengetahuan sejarah kepada para guru, tetapi juga mempererat ukhuwah Islamiyah di antara seluruh peserta.
“Saya merasa sangat senang dan bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini. Banyak pelajaran berharga yang kami dapatkan dari setiap tempat yang kami kunjungi. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus diadakan seterusnya,” ujar H. Khoirul Anam salah satu guru Nurul Yaqin yang mengikuti kegiatan rihlah.
Dengan berakhirnya kegiatan rihlah ini, Ny. Hj. Fathatur Rahmani berharap kepada guru agar mengambil hikmah dan memiliki semangat baru dalam meningkatkan ibadah dan mengajar.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung terselenggaranya kegiatan ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap langkah kita dalam mencari ilmu dan beribadah,” pungkas Pengurus Yayasan Nurul Yaqin itu.
Editor: Firdausi