Kota, NU Online Sumenep
Membeli ikan di pasar merupakan aktivitas harian ibu-ibu rumah tangga. Umumnya, aneka jenis ikan yang dijual di pasar itu adalah hasil tangkapan para nelayan. Para pedagang kemudian membelinya untuk dijual kembali di pasar.
Proses peralihan ikan dari nelayan ke penjual itu tidak pernah melalui tahap pembasuhan yang sempurna karena faktor situasi dan kondisi yang ada. Pun demikian, proses peralihan dari penjual di pasar kepada pembeli, ada yang memasaknya setelah melalui proses pembasuhan yang sempurna, namun ada juga sebagian dari pembeli yang langsung memasaknya tanpa terlebih dahulu dibasuh. Lantas bagaimana status hukum ikan yang langsung dimasak tanpa dibasuh terlebih dahulu itu, apakah tetap suci atau najis?
Mengenai hal tersebut, Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH Muhammad Bahrul Widad menjelaskan dua pendapat tentang status hukum ikan.
Pertama, bahwa ikan hasil tangkapan di laut tersebut hukumnya suci. Sehingga tidak perlu disucikan lagi, kecuali nyata terkena najis. Hal itu berdasarkan penjelasan dalam kitab Fathul Mu’in:
ان ما اصله الطهارة وغلب على الظن تنجسه فهو طاهر
Artinya: “Sesuatu yang asalnya suci cuma ada asumsi terkena najis maka hukumnya suci”.
Dalam ibarat yang lain disebutkan;
انا لا ننجسه بالشك
Artinya: “Sesungguhnya kita (Fuqoha’) tidak menghukumi najis berdasarkan ragu-ragu”.
Dari dua ibarat di atas, maka bisa disimpulkan bahwa ikan yang dibeli di pasar itu hukumnya suci dan tidak dihukumi najis hanya berdasarkan asumsi.
Bahkan kalau sekedar “wahm” najis, dalam kitab Fathul Jawad adalah bid’ah mencucinya seperti mencuci baju yang baru dibeli.
ومن البدع غسل الثياب الجديدة قبل لبسها لتوهم نجاستها وفي معني ما ذكره غسل البيض
Kedua, ada pembahasan lain dalam masalah ikan, yaitu tentang kotoran ikan. Adapun kotoran ikan sebaiknya dicuci sebelum dimasak. Karena kotoran ikan Ulama masih berbeda pendapat.
Dalam Bughiyah
مسألة): روث السمك نجس، ويجوز أكل صغاره قبل شقّ جوفه، ويعفى عن روث تعسر تنقيته وإخراجه، لكن يكره كما في الروضة، ويؤخذ منه أنه لا يجوز أكل كباره قبل إخراج روثه لعدم المشقة في ذلك
اعانة ج 1 ص 91
(قول الشارح جواز أكل الصغير) في البجيرمي على الخطيب ما نصه ما يصدق عليه عرفا انه صغير فيدخل فيه كبار البسارية المعروفة بمصر و ان كان قدر اصبعين مثلا كما في ع ش على ر م لا ان كان كبيرا اهـ مؤلف
و نقل فى الجواهر عن الاصحاب لا يجوز اكل سمك ملح و لم ينزع ما فى جوفه اى من المستقذرات. وظاهره لا فرق بين كبيره و صغيره، و لكن ذكر الشيخان جواز اكل الصغير مع ما في جوفه لعسر تنقية ما فيه. (قوله لكن ذكر الشيخان جواز اكل الصغير الخ) و قوله مع ما في جوفه قال البجيرمي و ان كان الأصح نجاسته
Penulis: Ibnu Abbas |. Editor: Fahri Farghiz