Energi kembali ke fitrah mendorong umat Islam di penjuru dunia berlomba-lomba bersilaturahim kepada sanak famili, guru, teman dan lainnya.
Kendati Covid-19 menggurita di penjuru dunia, warga Madura kurang sah jika tidak berkumpul dan bersilaturahim. Semua itu berangkat dari adat ketimuran yang sejak lama diterapkan di lingkungan keluarga dan masyarakat.
Berbicara kebiasaan bersilaturahim, Al-Imam Al-Hafidh Abu Laits Al-Samarqandiy menyebutkan 10 keutamaan silaturrahim. Berikut penjelasannya.
Al-Imām al-Hāfidh Abu-l Laits al-Samarqandiy rahimahullah ta’ala berkata, ketahuilah, sesungguhnya dalam silaturrahim terdapat 10 hal terpuji.
أوّلها: أن فيها رضا اللَّه تعالى؛ لأنه أمر بصلة الرحم.
1. Mendapatkan Ridha Allah Swt. Karena Allah memeritahkan kepada kita untuk bersilaturrahim.
والثاني: إدخال السرور عليهم. وقد روي في الخبر :” إن أفضل الأعمال إدخال السرور على المؤمن
2. Idkhalus Surur (berbagi kebahagiaan) pada sanak famili, teman dan saudara.
والثالث: أن فيها فرح الملائكة؛ لأنهم يفرحون بصلة الرحم
3. Membuat Malaikat gembira. Karena para Malaikat bergembira dengan silaturrahim.
والرابع: أن فيها حسن الثناء من المسلمين عليه
4. Mendapat pujian dari saudara muslimin.
والخامس : أن فيها إدخال الغم على إبليس عليه اللعنة
5. Membuat Iblis la’natullahi ‘alaih kesusahan.
والسادس: زيادة في العمر
6.Menambah umur (berkah umurnya).
والسابع: بركة في الرزق
7. Membuat berkah rezekinya.
والثامن: سرور الأموات؛ لأن الآباء والأجداد يُسرون بصلة الرحم والقرابة
8. Membuat orang-orang yang telah mati bergembira, karena bapak dan kakek moyang yang telah wafat bergembira dengan silaturrahim.
والتاسع: زيادة في المودة؛ لأنه إذا وقع له سبب من السرور والحزن يجتمعون إليه، ويُعينونه على ذا فيكون له زيادة في المودة
9. Bertambahnya rasa cinta. Ketika ia mengalami kegembiraan atau kesusahan, mereka (saudara yang pernah ia silaturrahim-i) akan berkumpul mengunjunginya dan membantunya. Hal ini membuat ia semakin cinta pada mereka.
والعاشر: زيادة الأجر بعد موته؛ لأنهم يدعون له بعد موته كلّما ذكروا
10. Bertambah pahala setelah ia (orang yang bersilaturrahim) meninggal. Karena orang-orang yang pernah ia kunjungi (silaturrahim-i) setiap kali ingat dan menyebut dirinya, mereka akan mendoakannya.
Dengan demikian, bersilaturrahim tak harus menunggu momen lebaran, hajatan, dan lainnya. Untuk memperkuat ukhuwah, menyambung benang yang kusut, merajut kerharmonisan, dan sejenisnya, seseorang bisa melakukannya di luar moment tersebut. Selama ada i’tikad baik, persaudaraan tetap kokoh.