Kota, NU Online Sumenep
Memasuki era global, isu yang berkaitan dengan lingkungan menjadi atensi berbagai pihak. Tidak hanya pegiat dan pejabat terkait, sektor agama pun memberikan perhatian lebih kepada problem akut yang menimpa bumi ini.
Di Indonesia, terdapat banyak komunitas atau perkumpulan yang berorientasi kepada penyelamatan lingkungan. Bahkan lembaga pendidikan seperti pesantren juga ikut andil memberikan sumbangsih. Menerapkan sistem pendidikan berwawasan lingkungan kepada para santri.
Setidaknya ada tiga Pesantren di Indonesia yang memberikan perhatian penuh terkait isu lingkungan. Mereka sadar betul akan perbaikan dan pemulihan yang harus dilakukan di muka bumi ini, mengingat pemanasan global dan ketidakseimbangan pengelolaan bumi terus terjadi.
Sebagaimana dilansir dari ibtimes.id, di antaranya ada Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep, Pesantren Ath-Thaariq Garut, dan Pesantren Nurul Haramain Lombok Barat. Ketiga pesantren ini memiliki kekhasan tersendiri dalam mendidik para santrinya tentang wawasan lingkungan.
Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura, sejak awal tampil sebagai lokomotif lembaga pendidikan yang terus mengampanyekan pelestarian lingkungan. Bahkan kontribusinya di bidang pelestarian lingkungan telah mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah pada tahun 1981.
Hingga kini, Pesantren Annuqayah melarang keras penggunaan plastik. Seluruh santri harus ‘tirakat plastik’. Mereka sadar betul bahwa sampah plastik dapat merusak ekosistem di bumi. Upaya tersebut tidak hanya dilakukan dengan kebijakan pesantren saja. Melainkan seluruh Masyaikh dan Kiai turut memberikan teladan dan contoh yang baik.
Masyaikh Pesantren Annuqayah yang selama ini menjadi pejuang lingkungan antara lain Kiai M. Faizi, Kiai M. Musthafa, Kiai M. Khatibul Umam dan Kiai Muhammad Affan. Mereka adalah pegiat lingkungan di pesantren yang senantiasa mendidik para santrinya akan pentingnya menjaga lingkungan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan sistem kurikulum berwawasan lingkungan di beberapa satuan lembaga pendidikan di Annuqayah. Mulai dari materi pelajaran tentang lingkungan sampai pada kegiatan ekstrakurikuler pengelolaan sampah plastik.
Di berbagai forum kajian dan pelatihan, Kiai M. Faizi misalnya, selalu mengampanyekan tentang pengendalian sampah plastik. Bahkan ia melarang penggunakan plastik dalam berbagai kegiatan. Misalnya ketika kumpul, rapat, atau kegiatan apapun tidak boleh menyuguhkan air mineral kemasan. Melainkan dengan gelas yang penggunaannya tidak sekali pakai.
Tidak hanya itu, di salah satu daerah di Pesantren Annuqayah juga mewajibkan para santrinya menggunakan wadah atau piring sendiri ketika hendak makan. Hal itu sebagai upaya untuk mengurangi sampah yang dihasilkan para santrinya.
Beberapa ikhtiar lain juga terus dilakukan oleh Pesantren Annuqayah dalam pelestarian lingkungan. Sebab mereka meyakini bahwa merawat dan melestarikan lingkungan bagian dari iman. Hal ini pernah disampaikan KH. Abdul Basith AS, sesepuh Masyaikh Annuqayah kepada para santrinya.
Selain Pesantren Annuqayah juga ada Pesantren Ath-Thaariq Garut. Pesantren yang satu ini menyediakan segala hal kebutuhan makanan santri. Sehingga para santri tidak perlu membeli. Melainkan langsung memetik dari kebun. Kebun-kebun yang berada di sekitar pesantren memiliki persediaan yang cukup untuk menghasilkan padi sebagai makanan pokok sehari-hari.
Pesantren Nurul Haramain di Lombok Barat juga tak jauh beda. Para santrinya tidak hanya diajarkan kitab kuning. Melainkan juga kitab hijau dan kitab biru. Kitab hijau adalah dalil-dalil yang berkaitan dengan penghijauan. Sedangkan kitab biru adalah dalil-dalil yang berkaitan dengan air, sungai dan ekosistem di sekitarnya.
Editor: A. Habiburrahman