Yang lumrah diketahui khalayak luas, dialektika warga Madura dalam berkomunikasi pasti berbeda antar kabupaten. Bahkan mereka dengan mudah memberikan penamaan sebuah peringatan hari-hari besar Islam agar masyarakat dan anak-anak muda memahami esensinya.
Setiap momentum hari raya besar Islam, warga Madura memiliki cara tersediri dalam penyebutannya. Berikut penamaan yang dilakukan orang Madura pada Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
1. Idul Fitri (عيد الفطر) menjadi tanda berakhirnya puasa Ramadhan. Ditandai dengan haramnya berpuasa dan disunnahkan makan.
2. Tellasan Kenek (عيد الصغير). Dinamakan hari raya kecil karena hari raya diharamkan berpuasa hanya sehari. Keesokan harinya disunnahkan berpuasa lagi (puasa Syawal).
3. Tellasan Petra (عيد الفطر). Dinamakan dengan sebutan itu, karena menjelang shalat ‘Id, umat Islam diwajibkan membayar zakat fitrah secara individu (perseorangan).
4. Hari Raya Kurban (عيد الأضحى). Pada tanggal 10 Dzul Hijjah para jamaah haji menyembelih hewan qurban setelah shalat ‘Id. Demikian pula umat Islam lainnya yang ada di seluruh penjuru dunia.
5. Tellasan Rajeh (عيد الكبير). Dinamakan dengan sebutan itu, karena umat Islam marayakan makan-makan dan haram berpuasa beberapa hari sejak tanggal 10 sampai 13 Dzul Hijjah.
6. Hari Raya Haji (عيد الحج). Dinamakan dengan sebutan itu, karena umat Islam sedang melaksanakan ibadah utama, yaitu lempar jumrah dan thawaf.
Keenam penamaan peringatan hari raya besar Islam tersebut, hakikatnya tidak keluar dari esensinya. Berkat penamaan tersebut, masyarakat Madura bisa menjelaskan pengertiannya secara simpel kepada anak-anaknya.