Pragaan, NU Online Sumenep
Kisah ini disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Sumenep, Chairani Hidayat saat acara Pelantikan dan Halaqah Pendidikan yang diadakan oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Pragaan Sabtu (6/8/2022) lalu.
“Waktu masih menjabat Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di Situbondo, ada seorang pegawai bernama Pak Misjo. Ayah Pak Misjo ini adalah seorang nelayan yang sehari-harinya bekerja mencari ikan di laut lepas,” tutur beliau memulai cerita.
Suatu waktu, ayah Pak Misjo mengalami suatu peristiwa nahas di mana perahunya karam karena amukan badai. Berbagai usaha pencarian pun dilakukan namun hasilnya nihil. Beliau divonis hilang dan telah meninggal dunia oleh petugas.
Karena itu, keluarga Pak Misjo kemudian menggelar tahlil sesuai ajaran Ahlussunnah wal Jamaah untuk melepas kepergian sang ayah. Sebagaimana lazimnya, tahlilan digelar dari malam pertama sampai ketujuh. Di malam ketujuh inilah keajaiban pun terjadi.
“Tepat pada tahlilan malam ketujuh, ayah Pak Misjo pulang ke rumahnya. Sontak saja keluarga dan warga yang hadir panik, sebagian ada yang lari ketakutan karena menganggap yang ada di depannya adalah arwah atau hantu seperti di sinetron-sinetron,” lanjutnya.
Setelah situasi agak tenang, ayah Pak Misjo kemudian menjelaskan bahwa dirinya belum meninggal. Satu minggu beliau terombang-ambing di lautan sebelum akhirnya selamat menepi di daratan.
“Anehnya, ayah Pak Misjo ini tidak merasa kelaparan sama sekali. Dalam penuturannya, hampir tiap waktu ia merasa telah makan sesuatu seperti nasi, roti, kue, teh, dan kopi. Setelah itu iapun merasa kenyang dan dahaganya hilang,” tambah pria asal Situbondo ini.
Lalu pihak keluarga mencocokkan apa yang dirasakan Pak Misjo dengan sedekah yang diberikan tiap harinya. “Hasilnya seratus persen pas. Dari sini kita bisa simpulkan bahwa sedekah dan perbuatan baik yang ditujukan untuk orang meninggal itu sampai. Tidak seperti anggapan kelompok sebelah,” pungkasnya.
Editor: Ibnu Abbas

