spot_img
Categories:

KH Mannan Jazuli, Santri Kiai Hasyim Asy’ari Perintis NU Dasuk

- Advertisement -

Dasuk, NU Online Sumenep
Embrio berdirinya NU di Kecamatan Dasuk tidak bisa dilepaskan dari peran Almarhum KH. Abdul Mannan Jazuli atau Mbah Mannan, salah seorang kiai khas yang sempat berguru langsung kepada Hadratussyeikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari.

Diceritakan Mustasyar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Dasuk, KH. Farid Mannan Jazuli, bahwa almarhum merupakan perintis NU di Kecamatan Dasuk. Bahkan Mbah Mannan semasa hidupnya pernah nyantri di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.

“Di situ beliau berguru langsung kepada Hadratussyeikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari di Tebuireng,” tutur Kiai Farid saat menyampaikan sambutan di acara Haul Muassis dalam rangka memperingati Harlah NU ke-99 oleh MWCNU Dasuk, Kamis (3/2/2022).

- Advertisement -

Dalam buku ‘Perjalanan Hidup KH. Abdul Mannan Jazuli: Sebuah Autobiografi’, dijelaskan bahwa Mbah Mannan nyantri ke Tebuireng setelah lulus dari Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Latee. Saat itu baru saja diproklamasikan kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

“Tujuh hari setelah hari raya Idul Fitri, saya berangkat ke Tebuireng melalui Guluk-Guluk bersama Kiai Amir dan Kiai Asim, dan diantar oleh Kiai Nawawi, menanti Kiai Ilyas,” ungkap beliau dalam buku autobiografi tersebut.

Sesampainya di Tebuireng, dua hari kemudian almarhum mengikuti ujian atau tes masuk kelas 4. Dan berhasil lulus, sehingga berkesempatan ngaji langsung kepada Hadratussyeikh.

- Advertisement -

“Sampai di Tebuireng, hanya dua hari sayang langsung mengikuti testing/ujian masuk kelas 4. Alhamdulillah lulus. Pengajian Hadratussyeikh seminggu dua kali (Sabtu dan Rabu), pukul 14.00 WIB,” ungkap almarhum dalam buku autobiografi tersebut.

Selama nyantri di Tebuireng, Mbah Mannan seringkali disuruh mencuci pakaian oleh Hadratussyeikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari. “Beliau berkata, saya senang anak Madura, karena anak Madura bertatakrama,” dawuh Kiai Hasyim, sebagaimana diceritakan Mbah Mannan.

Meski dalam kurun waktu yang singkat nyantri di Tebuireng Jombang, yakni 9 bulan lamanya, namun perjalanannya sarat dengan makna dan penuh perjuangan.

Diketahui, waktu nyantri yang relatif singkat itu disebabkan karena agresi tentara Jepang yang membuat situasi di pondok pesantren tidak begitu stabil. Banyak santri Tebuireng yang mendaftarkan diri ikut bertempur ke Surabaya secara gerilya, dan sebagian dari santri itu ada pula yang pulang membawa senjata hasil rampasan.

Terpaksa Mbah Mannan pamit kepada kiai dan para guru untuk pulang ke Madura. Lantaran situasi yang mencekam kala itu membuat kiriman dari rumah terputus. Berbagai cara dilakukan Mbah Mannan untuk bertahan hidup, mulai dari pinjam uang kepada kiai, hingga pergi ke Malang untuk menyambangi beberapa koleganya.

Namun demikian, keadaan yang semakin tidak stabil membuat Mbah Mannan terpaksa pulang ke Madura.

“Karena keadaan semakin mencekam dan tiada lagi harapan, maka saya terpaksa pulang ke Madura. Hampir 9 bulan saya di Tebuireng. Pamit kepada kiai dan para guru di Madrasah,” ujarnya.

Kiprah almarhum Mbah Mannan sepulang dari nyantri cukup kompleks. Hingga dalam buku terbitan Februari 2021 itu disebutkan, tujuh hari setalah Mbah Mannan menikah Ny. Masunah, langsung didaulat sebagai Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) dan Ketua Laskar Sabilillah di wilayah Kecamatan Ambunten, Dasuk, Rubaru dan Pasongsongan.

- Advertisement -

Tentu ada banyak lagi kegiatan sosial keagamaan yang digeluti Mbah Mannan, baik di sektor pendidikan dengan mengajar di markas Tentara Republik Indonesia (sekarang TNI), di bidang pemerintahan sempat menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumenep tahun 1988, hingga terjun ke gelanggang politik sebagai Ketua Partai Masyumi di Dasuk.

Sejarah perjalanan hidup almarhum KH. Abdul Mannan Jazuli tersebut, menurut Kiai Farid yang juga merupakan putra almarhum, patut diteladani. Utamanya berkaitan dengan komitmen almarhum dalam menuntut ilmu serta kiprahnya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

“Mari kita belajar dari kisah perjuangan almarhum. Serta komitmennya dalam mencari ilmu dan memperjuangkan kemerdekaan,” pungkasnya.

Editor: A. Habiburrahman

- Advertisement -

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!
Ibnu Abbas
Ibnu Abbas
Pemimpin Redaksi NU Online Sumenep
Tetap Terhubung
16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan
Rekomendasi

TerkaitBaca Juga

TrendingSepekan!

TerbaruUpdate!

Urutan Wali Nikah Dalam Islam

7
Rubrik Lensa Fikih diasuh oleh Kiai Muhammad Bahrul Widad. Beliau adalah Katib Syuriyah PCNU Sumenep, sekaligus Pengasuh PP. Al-Bustan II, Longos, Gapura, Sumenep.   Assalamualaikum warahmatullahi...

Keputusan Bahtsul Masail NU Sumenep: Hukum Capit Boneka Haram

0
Mengingat bahwa permainan sebagaimana deskripsi di atas sudah memenuhi unsur perjudian (yaitu adanya faktor untung-rugi bagi salah satu pihak yang terlibat), sehingga dihukumi haram, maka apapun jenis transaksi antara konsumen dengan pemilik koin adalah haram karena ada pensyaratan judi.
Sumber gambar: Tribunnews.com

Khutbah Idul Adha Bahasa Madura: Sajhârâ Tellasan Reajâ

0
# Khutbah Pertama اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ أَكْبَرُ - اللهُ...
Foto: NUOS

Keputusan Bahtsul Masail PCNU Sumenep: Hukum Berbisnis Rokok Ilegal

4
KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PCNU SUMENEP DI MWCNU GAPURA YAYASAN MANHALUL ‘IRFAN Ahad, 13 Maret 2022 M / 10 Sya'ban 1443 H Pimpinan Sidang: MOH. SYAFIQ MAS’UD Dewan Tashih: KH. HAFIDHI SYARBINI Dewan...