Sebagai surah yang dibaca berulang kali setiap hari, Surah al-Fatihah sering kali menjadi bacaan yang rutin namun kurang disadari makna mendalamnya. Justru karena frekuensi pembacaannya yang tinggi, makna dan pesan spiritual yang terkandung di dalamnya kerap terlewatkan oleh sebagian umat. Buku ini hadir untuk membantu pembaca menggali kembali kedalaman makna dan spiritualitas al-Fatihah, serta merasakan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pendekatan cinta dan spiritualitas, pembaca diajak untuk membuka cakrawala pemahaman yang lebih luas terhadap pesan-pesan ilahi yang terdapat dalam al-Fatihah. Setiap lafaz dalam surah ini, ketika dibaca dengan cinta, akan memancarkan cahaya maknawi dan memberikan ketenangan jiwa. Tidak menjadi soal seberapa sering surah ini dibaca atau didengar—dengan pendekatan yang tepat, interaksi dengan al-Fatihah akan selalu terasa segar dan menyentuh hati.
Semua ulama sepakat bahwa Surah al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat. Namun, yang mungkin belum banyak diketahui oleh sebagian umat adalah bahwa pembagian ayat dalam surah ini memiliki perbedaan di kalangan mazhab-mazhab tertentu. Perbedaan ini tidak bersifat substansial, namun lebih kepada teknis penomoran ayat, dan masing-masing didukung oleh dalil serta tradisi keilmuan yang kuat.
Secara umum, terdapat dua bentuk susunan (formasi) pembacaan ayat al-Fatihah. Formasi pertama menempatkan “Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm” sebagai ayat pertama. Susunan ini dikenal luas di kalangan ulama qirā’ah dari Kufah dan Mekkah, serta dianut oleh para ulama fikih pengikut mazhab Imam Syafi’i.
Sementara itu, formasi kedua memulai pembacaan dari “Al-ḥamdu lillāhi Rabbil ‘ālamīn” sebagai ayat pertama, dan mengakhiri ayat ketujuh pada lafaz “Ghairil-maghḍūbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn”. Susunan ini lebih dikenal di kalangan ulama qirā’ah dari Madinah, Syam (Suriah), dan Basrah, serta menjadi pendapat mayoritas ulama pengikut mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, dan Imam Ahmad bin Hanbal.
Kedua formasi tersebut memiliki dasar yang kokoh, baik secara riwayat maupun metode penafsiran. Oleh karena itu, perbedaan ini bukanlah sesuatu yang perlu dipertentangkan. Yang terpenting adalah bahwa dalam susunan mana pun, al-Fatihah tetap menampilkan keindahan struktur, kekayaan makna, serta kemukjizatan Al-Qur’an dalam berbagai aspeknya.
Dengan demikian, baik dibaca menurut formasi pertama maupun kedua, kedudukan Surah al-Fatihah tetap sama: sebagai “Fātiḥatul-Kitāb” (pembuka Kitab) dan “Ummul-Kitāb” (induk Al-Qur’an). Ia tetap menjadi inti ajaran Islam yang dibaca dan direnungkan setiap hari oleh jutaan umat Muslim di seluruh dunia.
Surah al-Fatihah merupakan bacaan yang wajib dilafalkan dalam setiap rakaat shalat, baik dalam shalat wajib lima waktu maupun shalat sunnah. Keberadaannya menjadi salah satu rukun shalat yang tidak boleh ditinggalkan, karena tanpa membacanya, shalat dianggap tidak sah menurut mayoritas ulama.
Keistimewaan surah ini terletak pada kedudukannya yang sangat sentral dalam ibadah. Al-Fatihah bukan hanya pembuka Al-Qur’an, tetapi juga inti dari seluruh ajarannya, sehingga wajar jika ia selalu dibaca berulang kali dalam shalat sebagai bentuk internalisasi nilai-nilai tauhid, ibadah, dan doa.
Dalam perspektif formasi pertama—yang menjadikan “Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm” sebagai ayat pertama—al-Fatihah terdiri atas tujuh ayat yang dapat dianalogikan sebagai tujuh “pintu” maknawi. Setiap ayatnya mengandung kedalaman pesan spiritual, teologis, dan etis yang layak untuk dikaji secara lebih mendalam. Melalui pemahaman atas ketujuh pintu ini, pembaca diajak untuk menelusuri lapisan-lapisan makna yang membentuk landasan utama dalam hubungan manusia dengan Allah dan sesama.
Al-Fatihah juga memuat inti sari ajaran utama dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, kandungan maknanya memiliki keterkaitan erat dengan berbagai ayat dan surah lain dalam Al-Qur’an. Buku ini menyajikan keterhubungan tersebut dengan memadukan pesan-pesan al-Fatihah dengan pesan-pesan dari surah lainnya, menjadikannya sebagai panduan awal yang komprehensif untuk memahami struktur ajaran Al-Qur’an secara menyeluruh.
Kekayaan kandungan makna dalam al-Fatihah menjadikannya sebagai objek penafsiran yang tak pernah habis digali. Tafsir demi tafsir terus berkembang, saling melengkapi, dan memperkaya khazanah pemahaman umat Islam dari masa ke masa. Buku ini sendiri merupakan hasil telaah atas lebih dari lima puluh karya tafsir klasik dan kontemporer, dari berbagai bahasa dan latar belakang pemikiran. Dengan demikian, buku ini dapat dilihat sebagai kontribusi ilmiah yang bernilai tinggi dan sangat layak dijadikan rujukan bagi siapa pun yang ingin memahami al-Fatihah secara mendalam.
Judul: Memahami Surah Al-Fatihah
Makna dan Pesan yang Terukir dengan Beragam Manhaj Tafsir
Penulis: Izza Rohman
Penerbit: Qaf
Cetakan: Oktober 2024
Tebal: 176 halaman; Bookpaper
ISBN: 978-623-6219-95-9
*Amrullah, Gapura Sumenep.