Image Slider

Anak Ranting NU di Gapura Timur Bantu Janda Tunawisma

Gapura, NU Online Sumenep

Di tepi jalan raya Dusun Dik-Kodik, Desa Gapura Timur, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, berdiri sebuah warung bambu berukuran kecil. Siapa sangka, di balik tampilan sederhananya, bangunan itu menyimpan kisah keteguhan dan kepedulian yang menghangatkan hati. Di situlah Titik, seorang janda tunawisma, kini menetap bersama anak gadisnya, Dian—siswi kelas 4 SDN Gapura Timur yang telah kehilangan ayah sejak kecil.

Titik adalah warga Dusun Dik-Kodik, Desa Gapura Timur, namun tak memiliki rumah maupun lahan sejengkal pun untuk berteduh. Selama ini, hidupnya berpindah-pindah, menumpang di mana saja yang bisa memberi naungan sementara. Hingga beberapa waktu lalu, ia memberanikan diri membeli sebuah warung rujak milik Munaya yang sudah lama tidak digunakan. Harga warung itu Rp800.000, namun karena keterbatasan ekonomi, Titik hanya mampu membayar separuhnya: Rp400.000.

Warung itu kini menjadi segalanya bagi mereka berdua. Siang hari digunakan untuk berjualan kecil-kecilan, malamnya berubah menjadi tempat tidur. Meski sempit dan jauh dari layak, warung tersebut adalah bentuk kelegaan setelah bertahun-tahun dalam ketidakpastian.

Kisah Titik menyentuh hati banyak orang, termasuk para Pengurus Anak Ranting (PAR) NU Dusun Dik-Kodik, Desa Gapura Timur. Organisasi itu memutuskan untuk membantu pelunasan warung Titik. Melalui dana kas yang dikumpulkan dari sumbangan jamaah dalam pertemuan bulanan yang digilir dari rumah ke rumah, terkumpul Rp400.000—jumlah yang cukup untuk melunasi sisa pembayaran warung tersebut.

Pada Selasa, (03/06/2025) bantuan itu diserahkan langsung oleh Marzuki salah seorang jamaah PAR NU Dik-Kodik, mewakili bendahara, Idrus, yang sedang berhalangan hadir.

“Biasanya kas digunakan untuk memberi bahan makanan pokok kepada warga yang membutuhkan, tapi dalam kasus Bu Titik, ini darurat. Kami merasa ini kebutuhan yang tidak bisa ditunda,” ujar Marzuki.

Inisiatif ini lahir dari semangat gotong royong yang masih kuat di tengah masyarakat. Menurut Marzuki, hampir seluruh jamaah mendukung pemberian bantuan kepada Titik. “Kita semua tahu kehidupan Bu Titik. Ia tidak pernah mengeluh, tidak pernah meminta. Tapi justru itu yang membuat kami tergerak,” tambahnya.

Dengan bantuan tersebut, kini warung itu benar-benar menjadi milik Titik. Tak ada lagi beban pembayaran yang menghantui. Ia bisa fokus menjaga warungnya dan menemani Dian tumbuh dan bersekolah.

Mungkin warung itu kecil dan rapuh, tapi bagi Titik dan Dian, itu adalah istana—tempat mereka bisa menyusun ulang harapan menuju masa depan yang terang. Sungguh Titik adalah tipe orang tua yang tak kenal titik. Ia terus berjuang tiada henti. Tiada titik.

Editor: Ibnu Abbas

ADVERTISIMENT

sosial mediaFollow!

16,985FansSuka
5,481PengikutMengikuti
2,458PengikutMengikuti
61,453PelangganBerlangganan

Rekomendasi

TerkaitBaca Juga!

TrendingViral!

TerbaruBaca Juga