Mungkin kita mengingat pekikan founding father Indonesia Ir H Soekarno yang berbunyi. “Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Dibalik pekikan tersebut terdapat nilai filosofis dan nilai yang harus dipetik hikmahnya oleh pemuda. Jika di analisa, Bung Karno mengajak kepada pemuda Indonesia agar berani menghadapi segala tantangan, baik berasal dari luar ataupun dari dirinya sendiri.
Tekad, keyakinan, sigap, tangguh, kuat, sabar, pintar adalah harapan para pendahulu kepada pemuda. Jika dimilikinya, tersingkaplah tabir penghalang dalam menggapai masa depan. Kehadiriannya di tengah-tengah masyarakat, harus jelas manfaatannya.
Kader NU masih ingat tentang kisah seorang pemuda yang bernama Ibrahim As yang membawa perubahan di masa kejayaan Raja Namrud; pemuda bernama Yusuf As yang pada akhirnya menjadi Raja; pemuda bernama Musa As yang melelehkan arogansi Fir’un. Itu semua adalah contoh keberanian pemuda di masa lalu yang patut diteladani.
Menjadi seorang pemuda di zaman now, harus banyak piknik, melek pada pengetahuan, menguasai lapangan, berinovasi, memiliki ide atau gagasan yang cemerlang, dan siap melakukan perubahan. Semua itu pernah dilakukan oleh pemuda NU yang tampil di depan demi masa depan bangsa dan negara. Sebut saja KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Abdul Wahid Hasyim, dan kiai-kiai sepuh lainnya.
Menyoal problem kepemudaan, sebenarnya yang dibutuhkan oleh negara adalah sosok pemuda yang dewasa. Kedewasaan ini tidak lepas dari pendidikan yang dibangun sejak dini di lingkungan keluarga, kemudian dikembangkan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotoriknya di pesantren. Mengepa harus ditempa di lembaga pendidikan? Karena pemuda mudah disentuh hatinya. Berbeda dengan orang yang berusia lanjut yang status quo atau sulit dipengaruhi.
Rajutan pendidikan yang di pesantren berangkat dari pesan Nabi Muhammad SAW agar pemuda diperlakukan baik, khawatir pemuda dipengaruhi oleh hal-hal jelek. Untuk merawatnya, pemuda harus dicekoki 5 nilai Qur’ani.
- Keimanan yang kuat adalah syarat utama yang harus dimiliki pemuda untuk melanjutkan tongkat estafet keluarga, organisasi, negara.
- Optimisme yang tinggi dibangun atas dasar keyakinan. Pemuda harus meyakini bahwa sebuah keberhasilan tidak ditentukan oleh usaha manusia saja, melainkan karena ada ridha Allah.
- Ikhlas. Pemuda harus memiliki kualitas moral agar tidak mudah tergoda dan selalu berbuat baik dalam setiap pekerjaannya.
- Amanah. Suatu pekerjaan akan menjadi aman jika berada di tangan pemuda yang dapat dipercaya.
- Kritis. Sebab kritis adalah ciri muslim yang baik.
Jika kelima nilai itu tertancap, mereka akan menyadari bahwa pendidikan merupakan prioritas utama. Bonus demografi yang diidam-idamkan oleh banyak kalangan akan tercapai dengan iklim yang positif, yakni pemuda akan menunjukkan pada dunia bahwa skill yang dimilikinya tidak kalah dengan pemuda di negeri manca.
Dengan demikian, bangsa Indonesia tidak mengharap pemuda akotak ta’ atellor (berkokok tetapi tidak bertelur), sebuah perumpamaan tentang orang yang berbicara tinggi tapi tidak pernah menghasilkan apa-apa.
Editor: A Zubairi Karim