Lenteng, NU Online Sumenep
Wudhu’ adalah mensucikan diri dari segala hadast kecil sesuai dengan aturan syariat Islam. Setiap muslim yang hendak melakukan ibadah shalat harus melakukan wudhu’ terlebih dahulu.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh KH. M. Zainur Rahman Hammam saat mengisi Pelatihan Praktik Wudhu’ dan Shalat Bersanad dalam rangka Pondok Ramadhan Lembaga Pendidikan Islam Nurul Yaqin Lembung Barat, Lenteng, Jum’at (07/03/2025) di masjid Nurul Yaqin.
Menurutnya, wudhu’ juga mempunyai adab yang seyogyanya dipenuhi oleh setiap orang yang wudhu’.
“Wudhu’ yang baik itu adalah berwudhu’ yang sempurna. Wudhu’ yang sempurna bukan seberapa banyak menghabiskan air, tapi seberapa bisa seseorang itu tepat sasaran dalam membersihkan serta meratakan air kepada semua anggota wudhu’nya,” jelasnya.
Maka dari itu, untuk bisa berwudhu’ yang sempurna, sebaiknya seseorang itu bisa menepati dan memakai cara berwudhu’ dan melaksanakan adab-adab berwudhu’ sebagaimana yang disampaikan oleh Imam al-Ghazali.
Pertama, melakukan siwak. Sebagaimana pertakataan Imam al-Ghazali, “Apabila kamu itu selesai ber-istinja’, maka janganlah meninggalkan bersiwak, karena dengannya dapat mensucikan mulut, mendapatkan ridha Allah SWT, serta dibenci setan. Shalat dengan bersiwak itu lebih utama dibandingkan dengan 70 kali shalat tanpa siwak.”
Lebih lanjut, Imam al-Ghazali menyampaikan adab berikutnya dalam berwudhu’ hendaknya menghadap kiblat, tempatnya ditinggikan sekiranya cipratan Air tidak mengenai anggota badan dari orang yang berwudhu’, membaca basmalah, dan membasuh kedua tangan tiga kali sebelum dimasukkan ke dalam tempat berwudhu’nya.
“Selanjutnya berkumur-kumur, lalu menghisap air ke dalam hidung masing-masing sebanyak tiga kali,” terang Wakil Rais PCNU Sumenep ini.
Penting untuk diketahui, sebagaimana menurut Imam al-Ghazali, bahwa kesempurnaan berwudhu’ itu bukan diukur seberapa banyak menghabiskan air, namun secukupnya saja. Malah Imam al-Ghazali menegaskan:
“Jangan sekali-kali berbicara di tengah-tengah seseorang itu berwudhu’. Jangan menambah membasuh anggota wudhu’ lebih dari tiga kali. Jangan memperbanyak menuangkan air di luar kebutuhan, sehingga terjerumus kedalam was-was, karena sifat was-was (mengulang-ulang gerakan yang sama dalam berwudhu’ dengan cara berlebih-lebihan, lebih dari tiga kali gerakan) itu merupakan bagian dari permainan setan, yang bernama Walhan.”
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muqri Karangkapoh, Prenduan, Pragaan ini mengutarakan bahwa Imam al-Ghazali memberi anjuran tentang cara agar bisa khusyuk.
“Pertama, sembahlah Allah SWT seakan-akan Allah SWT ada di hadapan kita. Kedua, apabila tidak mampu maka yakinlah dan sadarilah Allah SWT pasti melihat kita. Ketiga, kalau masih tidak bisa untuk khusyuk, lalu shalatlah seakan-akan shalat kita dilihat orang yang sangat shaleh,” pungkasnya.
Setelah sesi teori, para santri Pondok Ramadhan Nurul Yaqin dibagi menjadi beberapa kelompok kecil untuk praktik wudhu’.
Dalam praktik ini, para santri diajarkan langkah demi langkah cara berwudhu’ yang benar, mulai dari mencuci tangan hingga membasuh kaki.
Selanjutnya, para santri mempraktikkan tata cara shalat yang benar, termasuk gerakan dan bacaan dalam shalat.
Mereka juga diberikan kesempatan untuk bertanya dan mendapatkan koreksi jika ada kesalahan dalam praktik.
Dengan adanya praktik wudhu’ dan shalat ini, diharapkan para santri dapat menjalankan ibadah mereka dengan lebih baik dan benar.
“Kami berharap, melalui kegiatan ini, para santri dapat meningkatkan kualitas ibadah mereka dan menjadi pribadi yang taat dan berakhlak mulia,” tutup KH. Manshuri, Pengurus Yayasan Nurul Yaqin Lembung Barat dengan penuh harapan.