Sambut 1 Rajab dan Tahun Baru 2025, NU Sumenep Gelar Munajat hingga Ngaji Pemikiran Gus Dur

0
43

Kota, NU Online Sumenep

Menyambut 1 Rajab. 1446 Hijriyah dan Tahun Baru 2025, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep menggelar Munajat dan Refleksi Pemikiran Gus Dur di halaman Kantor PCNU setempat, Selasa (31/12/2024). 

Kegiatan dengan tema ‘Tranformasi Pemikiran Gus Dur dalam Bingkai Penguatan Perkumpulan Nadhlatul Ulama’ ini menghadirkan Dr. Abdul Wahid Hasan, M.Ag sebagai pembicara Refleksi Pemikiran Gus Dur. 

Diketahui, kegiatan Munajat NU Sumenep ini diawali dengan kegiatan Khotmil Qur’an kemudian dimeriahkan dengan performance dari PC Pagar Nusa Sumenep, Lesbumi PCNU Sumenep, Paduan Suara PC Fatayat NU Sumenep. 

Dalam penyampaiannya, Dr. Abdul Wahid Hasan, M.Ag mengatakan proses belajar dan pendidikan yang ditempuh oleh Gus Dur menjadikan dirinya sebagai manusia yang sesungguhnya setelah melalui beberapa tahapan tahapan dalam hidupnya. 

“Kita dapat menemukan bacaan Gusdur yang modern. Bayangkan misalnya Gusdur dimasa SMA telah menyelesaikan buku Das Kapitalnya Karlmax. Disisi lain, Gusdur juga menghabiskan pondok dimulai dari Jombang, Jogja dan pondok lainnya. Kita tidak perlu pesimis karena anak-anak ideologis Gusdur masih banyak meskipun tak selengkap dengan apa yang dimiliki oleh Gusdur,” katanya.

Dosen Pascasarjana Universitas Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep menyebut bahwa aktivitas atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gusdur dilandaskan pada nilai spiritualitas. Ia menilai kecerdasan Gusdur merupakan perpaduan antara kompleksitas Intelektual dengan nilai-nilai religius pesantren.

Ia menyebut bahwa kemungkinan seseorang dapat mendalami filsafat, ekonomi, pendidikan, seni atau mungkin politik. Namun, semua tidak dapat melampaui Gusdur.

“Tapi justru umur kita dihabiskan dalam filsafatnya misalnya, tapi kita belum dalam dalam filsafat. Atau mungkin mempelajari pendidikan kita belum dalam dalam mempelajari pendidikan. Sedangkan Gusdur nyaris memiliki semua disiplin keilmuan-keilmuan itu. Saya walaupun akan berusaha semaksimal mungkin berbicara beliau tidak akan bisa sempurna tapi kita bisa menampilkan semangat – semangat yang dimiliki oleh beliau,” ungkapnya.

Menurut lulusan Doktoral UIN Sunan Ampel Surabaya, setelah Gus Dur banyak kalangan yang memotret Gus Dur dari sisi spiritualitasnya. 

“Spiritualitas ini menjadi dasar aktivitas yang dilakukan oleh Gusdur dalam gerakan-gerakan kenegaraan, keagamaan dan kemanusiaan. Tapi ini tidak tampak ya. Spiritualitas ini yang menjadi dasar aktivitas yang dilakukan oleh Gusdur. Artinya gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Gusdur basisnya adalah spiritualitas seperti keikhlasan dan lainnya, imbuhnya. 

“Yang paling mendasar dari prinsip prinsip yang diajarkan Gus Dur adalah spiritualitas. Tidak peduli dengan dirinya, yang penting orang lain mendapat keadilan, kesejahteraan dan lain sebagainya,” ungkapnya. 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini