Oleh: Ahmad Faidal
Mengingat semakin dekatnya bulan Ramadhan 1444 H, bulan penuh rahmat dan ampunan. Kita akan melaksanakan ibadah puasa akan diawali secara bersama-sama, yaitu pada kisaran hari Kamis, Pon Tanggal 23 Maret 2023 mendatang.
Secara ilmu hisab, Ijtimak (berkumpulnya bulan dan matahari dalam Satu garis Bujur Astronomi) terjadi pada malam Rabu dini hari, yaitu pada Jam 00.25.14 WIB. Dan pada hari Rabu Pahing tanggal 22 Maret 2023, tinggi bulan saat matahari terbenam sangat signifikan, yaitu kisaran 7° derajat 13 menit di atas ufuk, dan lama hilal di atas ufuk kisaran 29 menit 31 detik, dan elongasinya mencapai 9° derajat 51 menit 26 detik.
Dari hasil hisab di atas dapat disimpulkan bahwa pada hari Rabu Sore saat terjadinya Ijtimak, kemungkinan hilal akan tenpantau oleh perukyat yang ada di beberapa titik observasi rukyat hilal di Indonesia walaupun dengan bantuan optik teleskop. Sehingga saat malam Kamis itu pula, awal bulan Ramadhan dimulai dan keesokan harinya akan dimulai puasa Ramadhan secara bersama-sama, baik dari kalangan penganut hisab dan rukyat, yaitu tanggal 23 Maret 2023.
Namun selang satu bulan kemudian, saat akan mengakhiri puasa untuk menyambut datangnya hari kemenangan, umat Islam di Indonesia akan menyambut dengan hari yang berbeda. Untuk kalangan penganut Hisab, Awal Syawal 1444 H. dimulai hari Jumat pahing tanggal 21 April 2023 M. Sedangkan bagi kalangan peganut Rukyat, awal Syawal 1444 H akan dimulai pada Hari Sabtu, Pon Tanggal 22 April 2023 M.
Perbedaan-perbedaan seperti ini, sebenarnya sudah lama dihadapi umat Islam di Indonesia. Karena antar kalangan baik penganut hisab dan rukyat, mareka mempunyai pedoman dan prinsip ijtihadi tersendiri dalam hal menentukan awal bulan Hijriyah. Yang mana dasar prinsip itu masih belum ada titik temu sampai saat ini untuk dipadukan.
Dari itu, kita sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sadar hukum, seharusnya lebih memilih jalan damai dari adanya perbedaan-perbedaan seperti itu, karena semua dasar yang dijadikan pedoman oleh kedua kalangan perukyat dan hisab itu, masing-masing punya dasar tersendiri dan ada dalam ranah ijtihadiy.
Oleh karena itu, marilah sambut dan awali Ramadhan 1444 H dengan kebersamaan, dan akhiri dengan perdamaian. Sejatinya orang yang bijaksana itu adalah bersikap teguh dengan apa yang mereka yakini, dan bersikap toleran dengan adanya perbedaan. Waallahu A’lam.
*Penulis, Pengurus Cabang (PC) Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Sumenep, dan Dosen Praktisi Ilmu Falak
Editor: Firdausi